Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2019, 14:34 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Pasukan China yang bermarkas di Hong Kong tak hanya sekadar simbol. Mereka tidak akan "tinggal diam" jika situasi di sana semakin memburuk.

Retorika tegas itu disampaikan media Beijing China Daily setelah Beijing mengumumkan adanya rotasi rutin yang terjadi baik di angkatan darat, udara, hingga maritim.

Baca juga: Pasukan China Terlihat Bergerak Menuju Hong Kong di Tengah Rencana Demo

Dilansir Reuters via Channel News Asia Jumat (30/8/2019), rotasi pasukan China itu terjadi setelah dalam tiga bulan terakhir, Hong Kong diguncang aksi demo.

Detasemen Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sudah ditempatkan sejak pusat finansial dunia itu diserahkan sebagai bekas koloni Inggris ke Beijing 1997 silam.

Mereka sering menggelar latihan tapi jarang terlihat. Kemungkinan pengerahan garnisun itu sudah menyeruak. Namun pemerintah setempat yang memang pro-China menyatakan masih bisa menanganinya.

Analis mengestimasi jumlah pasukan di garnisun antara 8.000 sampai 10.000 personel, yang terbagi antara di selatan China dengan barak di Hong Kong.

Dalam editorialnya, China Daily memaparkan meski Pemerintah Otonomi Khusus (SAR) tidak merasa perlu, bukan berarti pasukan tak perlu bergerak jika situasinya berkembang.

"Jika situasinya memburuk, dengan terjadi kekerasan dan demo mulai mengancam, pasukan China yang bermarkas di SAR tidak akan tinggal diam," tegas China Daily.

"Garnisun PLA di Hong Kong bukan sekadar simbol bagi kedaulatan negara," ulas harian yang dikelola Departemen Publikasi Partai Komunis China itu.

Berdasarkan Basic Law atau konstitusi dasar Hong Kong, pemerintah bisa meminta bantuan militer untuk mengendalikan situasi. Namun mereka tak boleh mencampuri urusan internal.

Konflik Hong Kong berkembang pada Juni lalu, ketika publik menentang usulan undang-undang yang bakal mengekstradisi penjahat ke China daratan.

Dari sikap kontra atas UU Ekstradisi, pergerakan itu meluas menjadi tuntutan akan reformasi demokrasi, termasuk desakan untuk menyelidiki kebrutalan polisi.

Baca juga: China Kecewa Pernyataan Para Pemimpin G7 yang Dukung Otonomi Hong Kong

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com