Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Dikhianati, Mantan Pemimpin Kelompok Pemberontak Kolombia Angkat Senjata

Kompas.com - 30/08/2019, 08:47 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC,AFP

BOGOTA, KOMPAS.com - Mantan pemimpin kelompok pemberontak yang sudah dibubarkan, FARC, di Kolombia mengumumkan mereka berniat kembali angkat senjata dengan gerilyawan lainnya.

Pernyataan yang disampaikan oleh Ivan Marquez terjadi setelah dia merasa pemerintahan yang dipimpin Presiden Ivan Duque telah mengkhianati mereka.

"Kami mengumumkan kepada dunia bahwa Marquetalia kedua telah lahir," ujar Marquez dengan pakaian militer dalam video yang diunggah ke YouTube itu.

Baca juga: Setelah Bertemu PM Etiopia, 2 Pemimpin Pemberontak Sudan Ditangkap

Marquez merupakan mantan komandan pemberontak Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang membantu kesepakatan damai 2016, dan mengakhiri konflik berusia 50 tahun.

Dilansir BBC Kamis (29/8/2019), dia dikelilingi oleh puluhan pria dan perempuan yang berpakaian kamuflase. Antara lain dua mantan anggota FARC, Jesus Santrich, dan El Paisa.

"Dalam dua tahun, lebih dari 500 pemimpin sosialis dan 150 anggota gerilyawan terbunuh karena ketidakpedulian dan kelambanan negara," kata Marquez dalam video berdurasi 30 menit itu.

Dia menuduh pemerintahan Duque gagal menerapkan perjanjian damai, mengubah kalimatnya secara sepihak, dan tidak memberi jaminan hukum bagi mantan anggota FARC.

Padahal ketika kesepakatan itu diteken tiga tahun silam, lebih dari 7.000 anggota FARC menurunkan senjata. "Fakta itu membuat kami terpaksa kembali" ujarnya.

"Kami tidak pernah mengkhianati ideologi kami sendiri. Karena itu, kami akan meneruskan perjuangan," kata tokoh 64 tahun itu seperti dilansir AFP.

Dia menegaskan tidak akan menempuh cara gerilya masa lalu. Di mana mereka bakal menculik demi tebusan. Sebaliknya, mereka bakal mencoba taktik baru.

Marquez berkata dia bakal mencoba "dialog" dengan para pemilik tanah maupun pengusaha supaya bersedia berkontribusi terhadap "perjuangan" mereka.

Komisi perdamaian Kolombia Miguel Ceballos mengatakan, pengumuman yang disampaikan Marquez mengkhawatirkan. Apalagi, keberadaannya selama setahun juga tidak diketahui.

Dalam wawancara dengan Blu Radio, Ceballos menuturkan sebenarnya pemerintah tidak terkejut. Hanya dia tetap menyayangkan Marquez memilih hengkang dari perdamaian.

Sementara Duque dalam konferensi pers menegaskan telah mengerahkan unit militer untuk mengumpulkan data intelijen guna melacak keberadaan grup itu.

Bahkan, dia menawarkan hadiah hingga 882.000 dollar AS, sekitar Rp 12,5 miliar, bagi siapa pun yang bisa menyeret setiap tokoh pemberontak di video tersebut.

Baca juga: Pejabat Senior Taliban: Para Pemberontak Tetap Ingin Perdamaian

Dia menuduh Marquez tidak sedang menjalankan agenda gerilya. Namun hendak menggelar aksi terorisme dengan mendapat dukungan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.

"Warga Kolombia harus tahu bahwa gerilya baru tidak sedang terjadi. Tetapi yang terjadi sebenarnya adalah aksi kriminal yang disokong Maduro," kata Duque.

"Mari kita tidak jatuh dalam perangkap orang yang sengaja menggunakan alibi ideologi demi melaksanakan kejahatan di negara ini," lanjut Duque.

Pernyataan Duque mendapat dukungan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido yang menuding kelompok Tentara Rakyat FARC (FARC-EP) sengaja menggunakan teritori Venezuela untuk mengancam Kolombia.

FARC yang merupakan kelompok pemberontak terbesar Kolombia, didirikan pada 1964 sebagai sayap militer Partai Komunis, dan mengikuti ideologi Marxist-Leninist.

Para pendiri utamanya adalah petani kecil dan pekerja yang memutuskan bersatu dan angkat senjata demi menghapus ketidakadilan di Kolombia saat itu.

Pada puncaknya 2002 silam, FARC beranggotakan 20.000 personel dan menguasai setidaknya sepertiga Kolombia, hingga kelompok itu terus mengalami kekalahan di 2008.

Baca juga: Saudi Klaim Pemberontak Houthi Kirim Misil ke Mekah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com