Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2019, 11:40 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber BBC

LONDON, KOMPAS.com — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengejutkan publik dengan mengumumkan pembekuan parlemen demi memuluskan langkahnya terkait Brexit.

Dilaporkan BBC Rabu (28/8/2019), Ratu Elizabeth II selaku Kepala Negara Inggris Raya telah menyetujui pembekuan yang diajukan meski hanya sebatas formalitas.

Dengan persetujuan itu, Parlemen Inggris akan berhenti beroperasi selama lima pekan terhitung mulai 9 September hingga 14 Oktober di mana semua sesi akan dihentikan.

Baca juga: Ada No Deal Brexit, Defisit Anggaran Inggris Melonjak

Taktik Hentikan Oposisi terhadap No Deal?

Pemerintahan Johnson membantah pembekuan parlemen adalah taktik politik untuk menghalangi oposisi membentuk koalisi untuk menunda Brexit.

Sesuai dengan yang telah disepakati, Inggris dijadwalkan akan meninggalkan Uni Eropa, dikenal juga sebagai Brexit, pada 31 Oktober.

Menteri senior kabinet yang menangani Brexit, Michael Gove, menyampaikan ada banyak waktu untuk membahas Brexit sebelum tenggat 31 Oktober.

Namun, kubu oposisi dengan lantang menyuarakan kemarahannya terhadap keputusan pengganti Theresa May itu.

Mereka mengecam pembekuan ini sama saja seperti kudeta politik untuk memuluskan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau No Deal. Pemimpin oposisi dari Partai Buruh Jeremy Corbyn berjanji akan menghentikan pembekuan.

Rekan separtai Johnson, mantan Menteri Keuangan Philip Hammond yang berbeda haluan politik dengan Johnson mengenai Brexit, mencerca pembekuan sebagai tindakan yang sangat tidak demokratis.

Pembekuan berpotensi mengacaukan rencana kubu oposisi untuk merancang legislasi menghentikan No Deal.

Penyebabnya adalah semakin pendeknya waktu bersidang akibat pembekuan. Para anggota akan kembali ke parlemen pada 3 September. Yang berarti oposisi hanya punya sepekan sebelum pembekuan pada 9 September.

Dua pekan yang tersisa dari 14 Oktober hingga 31 Oktober dikhawatirkan oposisi terlalu mepet untuk mencegah No Deal.

Baca juga: Saat Pemimpin Partai Brexit Mencerca Keluarga Kerajaan Inggris dalam Pidatonya...

Salah satu solusi lain yang sedang dipersiapkan oposisi adalah mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Johnson yang, jika berhasil, akan mengantarkan rakyat Inggris ke bilik suara untuk memilih di pemilu dini.

Oposisi mengkhawatirkan No Deal akan memicu terjadinya huru-hara politik, ekonomi, dan sosial di Inggris. Pemerintahan Boris Johnson membantah klaim oposisi dan menyatakan Inggris siap dengan konsekuensi dari No Deal.

Johnson yang merupakan arsitek utama kampanye keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada Referendum 2016 menegaskan tidak ada lagi tawar-menawar mengenai tanggal Brexit.

Adapun reses parlemen Inggris di musim gugur adalah hal yang umum. Namun, pembekuan kali ini di tengah deadline Brexit adalah sesuatu yang luar biasa ditambah lagi dengan durasinya yang mencapai 5 pekan.

Jika ditinjau dari sisi legal, pembekuan tidak melanggar hukum karena pemerintah memiliki hak untuk menggunakan prosedur parlemen untuk mengajukan pembekuan.

Baca juga: Ada Brexit, Inggris Bakal Jajaki Perdagangan dengan Asia Tenggara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com