Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Blunder, Joe Biden Terjungkal dari Posisi Pertama Capres Partai Demokrat

Kompas.com - 27/08/2019, 19:39 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Kejutan dialami mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, di mana untuk pertama kalinya, dia terjungkal dari posisi teratas capres Partai Demokrat.

Dalam survei yang digelar lembaga ternama Universitas Monmouth, Biden disalip dua persaing terkuatnya, Senator Massachusetts Elizabeth Warren dan Senator Vermont, Bernie Sanders.

Joe Biden harus puas berada di urutan ketiga dengan perolehan 19 persen. Terpaut satu persen dari Warren dan Sanders yang sama-sama meraup 20 persen dukungan.

Baca juga: Joe Biden Sebut Lidah Beracun Trump Pemicu Tragedi Penembakan Massal AS

Mengutip dari hasil survei seperti dilaporkan oleh The New York Times, Senin malam (26/8/2019) waktu setempat, dukungan terhadap mantan wapres Barack Obama itu anjlok tajam 13 persen dari angka 32 persen di survei Juni 2019.

Blunder-Blunder Biden

Sempat tak tergoyahkan sejak awal 2019 sebagai favorit kuat menantang petahana Presiden Donald Trump di Pilpres AS 2020, posisi Biden mulai rentan karena blunder yang keluar dari mulutnya.

Sosok yang begitu terkenal kana gaya bicara yang ceplas-ceplos itu menjadi sorotan setelah acap menyampaikan pernyataan yang salah maupun kontroversial.

Misalnya, dia salah menyebut lokasi tempat berkampanye akhir pekan lalu. Biden yang sedang berkampanye di Keene, Negara Bagian New Hampshire, malahan berceloteh kepada wartawan dia sedang berada di Negara Bagian Vermont yang bertetangga dengan New Hampshire.

Politisi berusia 76 tahun ini juga memicu kontroversi awal bulan ini ketika dia menyebut anak-anak miskin sama cerdasnya dengan anak-anak berkulit putih.

Pernyataannya kembali memicu pertanyaan mengenai posisi politiknya di isu ras di mana dia menjadi bulan-bulanan pesaingnya, Senator California Kamala Harris di debat presiden Juni lalu.

Keunggulan Biden di jajak pendapat tidak terlepas dari pandangan politik bahwa dialah sosok yang paling kuat untuk mengalahkan Trump. Survei konsisten menunjukan politisi kawakan dari Delaware ini unggul jauh 8 hingga 10 poin dari Trump.

Biden dengan posisi politiknya yang sentris juga dinilai sebagai capres yang dapat menarik suara pemilih independen yang krusial, bertolak belakang dengan Warren dan Sanders yang dinilai terlalu liberal.

Baca juga: Joe Biden Kecam Keras Komentar Tercela Trump kepada 4 Anggota DPR AS

Namun, blunder demi blunder serta performa debat yang kurang memuaskan mengundang pertanyaan apakah Biden dapat menjalankan kampanye yang lebih disiplin.

Tidak ketinggalan, umurnya yang mendekati kepala delapan juga menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuannya menjalankan roda pemerintahan. Biden akan menjadi presiden tertua dalam sejarah AS jika dia terpilih.

Trump kerap meledek Biden dengan julukan “sleepy Joe”. Pendukung Biden sendiri menurut laporan sejumlah media tidak menutup kekhawatiran mereka mengenai kekuatan stamina politik Biden untuk berduel dengan Trump.

Warren dan Sanders: Terlalu Liberal?

Setelah tertatih-tatih di awal kampanye, Elizabeth Warren pelan tapi pasti melesat dan mengonsolidasikan posisinya sebagai calon kuat memenangi nominasi capres Partai Demokrat.

Mantan profesor Universitas Harvard ini menjalankan kampanye yang sangat disiplin. Antusiasme terhadap pencalonannya semakin meningkat, terbukti dari meningkatnya dukungan survei serta jumlah hadirin di kampanye akbarnya.

Posisi politiknya yang sangat progresif atau liberal terutama dalam isu kesenjangan ekonomi dan kerakusan korporasi mendapat dukungan kuat dari pemilih muda yang gerah dengan melebarnya jurang antara miskin dan kaya di AS.

Pada dasarnya, posisi politik Warren hampir sama dengan apa yang dikampanyekan oleh Bernie Sanders. Kedua politisi ini berteman baik serta sopan terhadap satu sama lain di debat capres.

Namun, satu hal yang membuat Warren bisa selangkah di depan Sanders adalah statusnya sebagai politisi perempuan.

Hasil pemilu sela 2018 lalu yang dimenangi Demokrat melahirkan banyak politisi muda perempuan dari beranekaragam latar belakang suku serta agama. Pemilih Demokrat semakin berwarna terutama dari minoritas.

Diragukan apakah partai yang secara ideologi semakin bergerak ke kiri ini akan menominasikan politisi pria berkulit putih seperti Sanders atau Biden untuk menantang Trump.

Baca juga: Joe Biden Janji Akhiri Perang Abadi AS Jika Jadi Presiden

Tentunya, asumsi bahwa Biden secara electoral lebih menjanjikan untuk mengalahkan Trump tetap menjadi pertimbangan pemilih Demokrat terutama pemilih dari generasi tua.

Pengkritik Warren menilai dia tidak dapat mengalahkan Trump. Ideologi politiknya yang terlalu liberal dikhawatirkan akan menganggu tatanan ekonomi AS. Korporasi dan bank besar merupakan pengkritik pedas senator berusia 70 tahun itu.

Survei memang menunjukan Warren bersaing ketat dengan Trump. Agregasi survei Real Clear Politics menunjukan dia hanya unggul tipis 3 poin dari presiden berusia 73 tahun itu.

Pemilihan pendahuluan atau primary Partai Demokrat akan dimulai dengan Kaukus Iowa yang akan digelar pada Senin, 3 Februari 2020.

Baca juga: Joe Biden Jadi Sasaran Tembak di Debat Pertama Capres Demokrat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com