KUCHING, KOMPAS.com - Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur mendapat reaksi positif dua negara bagian Malaysia.
Dua dari 13 negara bagian Negeri "Jiran", yakni Sarawak dan Sabah, terletak di Kalimantan. Selain itu, terdapat juga Brunei Darussalam yang jadi negara tetangga.
Menteri Pariwisata Sarawak Datuk Abdul Karim Rahman Hamzah mengatakan, kawasannya bakal mendapat dampak luar biasa dari pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur.
Baca juga: Bagaimana Indonesia Pindah Ibu Kota ke Kalimantan Timur Dibahas Media Internasional?
"Jika rencana pemindahan benar-benar terjadi, maka dampak yang diterima ke Sarawak dan Sabah bakal besar karena kami bertetangga," kata Rahman dilansir New Straits Times.
Rahman menjelaskan, suatu negara membutuhkan pasokan listrik untuk mengembangkan kota. Dia mengatakan sumber daya itu bisa disediakan oleh Sarawak.
Dia mengutarakan jika ada kelebihan energi yang dihasilkan oleh PLTA Bakun yang berlokasi di Belaga, maka Sarawak bisa menjualnya kepada pemerintah Indonesia.
"Sudah jelas, kami ingin melihat perkembangan seperti itu. Baik melalui darat atau pun udara. Timbal balik dari sana luar biasa," jelasnya kepada awak media.
Sementara Menteri Pekerjaan Sarawak Baru Bian menuturkan pihaknya bisa saja menawarkan proyek Jalan Tol Trans-Borneo jika terdapat konfirmasi pemindahan ibu kota.
Bian menuturkan, Jalan Tol Trans-Borneo memberikan menyediakan akses jalan yang bagus antara Malaysia melalui Sabah dan Sarawak, Brunei, hingga Kalimantan itu sendiri.
"Ini merupakan ide yang visioner. Tetapi, kami tidak ingin berspekulasi. Hanya saja penting bagi kami untuk mempersiapkan diri," jelasnya baru-baru ini.
Sebelumnya dalam konferensi pers Senin (26/8/2019), Jokowi mengumumkan bahwa pembangunan ibu kota Indonesia di Kalimantan Timur bakal dimulai tahun depan.
"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur," ujarnya Senin (26/8/2019).
Jokowi menuturkan bahwa keputusan untuk memindahkan ibu kota didasarkan pada kenyataan beban yang ditanggung Jakarta saat ini sudah begitu berat.
Problem terbesar yang membuat pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur mendesak adalah fakta dua perlima kota itu berada di bawah permukaan laut sehingga ancaman tenggelam jadi besar.
Di beberapa daerah, permukaan mulai surut sebanyak 10 persen per tahun. Fenomena yang disebabkan penggalian akuifer bawah tanah dan diperparah perubahan iklim.
Baca juga: Media Internasional Ulas Kekhawatiran jika Ibu Kota Indonesia Pindah ke Kalimantan Timur
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.