Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlahir Selamat saat Pembantaian, Balita Rohingnya Ini Dianggap Anak "Ajaib"

Kompas.com - 26/08/2019, 20:58 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Sumber AFP

BALUKHALI, KOMPAS.com - Balita berusia dua tahun dari Rohignya dianggap "ajaib" karena terlahir selamat saat pembantaian masal yang terjadi dua tahun lalu.

Hari lahir balita bernama Ahmad Shah itu dirayakan bersama dengan peringatan tahun kedua peristiwa Genosida yang terjadi Agustus 2017 lalu.

Peringatan yang diikuti sekitar 200.000 warga Rohingnya tersebut digelar dengan aksi unjuk rasa di Kamp Bangladesh, Minggu, (25/8/2019).

Kisah berawal saat seorang wanita yang sedang hamil tua, Rashida Khatun, dan 740.000 warga Rohingnya lainnnya menyelamatkan diri dari serangan militer brutal di Myanmar Barat.

Saat itu, Khatun bersama suami dan ketiga anaknya terpaksa lari dari rumahnya yang berada di negara bagian Rakhine untuk menuju ke ujung tenggara Bangladesh.

Setelah berjam-jam melakukan perjalanan laut yang berbahaya disertai cuaca buruk, mereka berlindung di pinggir jalan dan mendirikan atap darurat dengan ranting dan lembaran plastik.

Beberapa jam kemudian, Khatun mengalami kontraksi dan terpaksa melahirkan Shah di tengah hujan lebat.

Baca juga: 7 Tentara Myanmar yang Bunuh Muslim Rohingnya Dibebaskan Lebih Awal

Khatun dibantu oleh seorang perempuan Rohingnya yang juga sedang berlindung di dekatnya.

“Saya sangat lelah. Namun saya ingin melahirkan dengan selamat demi bayi yang saya kandung saat itu,” ujar wanita 29 tahun itu.

"Kupikir dia tidak akan selamat karena kita basah kuyup oleh hujan," tambahnya.

Kelahiran dan cobaan yang menerpa keluarganya menjadi pengingat perjuangan minoritas muslim yang tidak memiliki kewarganegaraan untuk menyelamatkan diri dari peristiwa naas tersebut.

Mereka terpaksa harus melarikan diri dari tanah airnya karena tragedi pembantaian tersebut.

Mohammad Selim, ayah Shah, mengkalim putranya sebagai anak "ajaib".

“Allah menyelamatkan anak saya malam itu. Semua memuji Dia,” kata Selim.

Baca juga: Selidiki Pembunuhan Warga Rohingnya, Jurnalis Myanmar Divonis 7 Tahun

Selim juga menambahkan, anak-anaknya yang lain masih mengalami trauma karena perjalanan berbahaya itu.

"Saya bahagia karena Shah tidak harus melalui kesengsaraan itu. Saya akan menjadikannya sarjana Islam suatu hari nanti,” tambahnya.

Apa yang dialami Khatun dan keluarganya bukan satu-satunya cerita menyedihkan yang dialami para pengungsi Rohingnya.

Akibat peristiwa tragis tersebut, diperkirakan 400 orang telah terbunuh oleh tentara Myanmar.

Mereka dibantai dan dikubur di lima kuburan masal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com