Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Uji Coba Rudal, Rusia: Kami Tidak Akan Bereaksi Terhadap Provokasi

Kompas.com - 22/08/2019, 08:15 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters,AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia menyebut Amerika Serikat, yang belum lama ini melakukan uji coba rudal jarak menengah, telah meningkatkan ketegangan militer.

Washington melakukan uji coba rudal jarak menengah itu beberapa pekan usai mengakhiri pakta Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) 1987 dengan Rusia.

"Ini semua adalah penyebab penyesalan. AS jelas telah mengambil langkah menuju peningkatan ketegangan militer. Kami tidak akan bereaksi terhadap provokasi," kata wakil menteri luar negeri Rusia, Sergei Ryabkov kepada kantor berita, TASS.

Amerika Serikat, pada Senin (19/8/2019), mengumumkan telah melakukan uji coba peluncuran rudal darat yang sebelumnya dilarang di bawah perjanjian INF.

Baca juga: Keluar dari Perjanjian Nuklir, AS Uji Coba Rudal Jelajah Jarak Menengah

Rudal tersebut diluncurkan dari Pulau San Nicolas di lepas pantai California, yang dikontrol Angkatan Laut AS.

Peluncuran itu menjadi pertanda Washington telah meningkatkan kemampuan rudalnya setelah jatuhnya perjanjian INF pada 2 Agustus lalu.

Banyak pihak yang khawatir dengan berakhirnya INF akan mengarah pada perlombaan senjata nuklir baru yang berbahaya.

"Kami tidak akan membiarkan kami terlibat dalam perlombaan senjata yang mahal," kata Ryabkov.

Baca juga: Jika Terjadi Konflik, Rudal China Bisa Merontokkan Pangkalan AS di Asia dalam Hitungan Jam

Ryabkov menambahkan, Rusia akan mempertahankan moratorium sepihak pada sistem rudal yang ditinggalkan AS, selama Washington tidak menyebarkan rudalnya di tempat mana pun di dunia.

Perjanjian INF melarang semua rudal berbasis darat, konvensional, dan nuklir, yang dapat menjangkau 500 hingga 5.500 kilometer.

Sementara rudal yang diuji coba AS pada Minggu (18/8/2019) diketahui serupa dengan rudal jelajah Tomahawk yang mampu membawa nuklir.

Versi peluncuran darat dari rudal Tomahawk telah dihapuskan setelah diberlakukannya INF, namun AS kembali mengaktifkannya usai meninggalkan pakta perjanjian tersebut.

Menurut Ryabkov, uji coba rudal yang digelar hanya lebih dari dua pekan setelah AS menarik diri dari perjanjian itu menjadi bukti bahwa Washington telah mengerjakan rudal yang dilarang dalam waktu yang lama sebelum berakhirnya pakta perjanjian.

Baca juga: Fasilitas Militer Rusia Meledak Diduga karena Uji Coba Rudal, Ini Tanggapan Trump

Sebelumnya diberitakan, AS telah mengumumkan uji coba peluncuran rudal jarak 500 kilometer berjalan sukses.

Sementara Pentagon menambahkan bahwa data yang diperoleh dari hasil uji coba bakal digunakan untuk mengembangkan kemampuan senjata jarak menengah di masa mendatang.

Foto dan video yang beredar memperlihatkan senjata yang diujicobakan nampak seperti Tomahawk, rudal jelajah yang biasanya ditembakkan dari kapal perang atau kapal selam.

Penggunaan sistem peluncur vertikal Mark 41 dalam pengujian itu memberi dampak signifikan, karena biasanya AS menempatkan peluncur itu di Polandia dan Romania.

Baca juga: Putin: Jika AS Kembangkan Rudal Jarak Menengah, Rusia Juga Akan Melakukannya

Dikutip Russian Today, Rusia menyebut keberadaan situs itu merupakan ancaman dan sekaligus pelanggaran karena bisa menembakkan rudal Tomahawk maupun sistem pertahanan SM-3.

Dengan berakhirnya pakta perjanjian INF, kini perjanjian yang tersisa untuk menghindarkan AS dan Rusia dari perlombaan senjata adalah New START, yang bakal kedaluwarsa pada Februari 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com