Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intelijen AS Sebut ISIS Masih Punya 18.000 Tentara dan Dana Perang Rp 5,7 Triliun

Kompas.com - 21/08/2019, 17:32 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP,Mirror

KOMPAS.com - Lima bulan usai terusir dari benteng terakhirnya di wilayah Timur Tengah setelah dipukul mundur pasukan Suriah dan koalisi AS, kelompok teroris ISIS diyakini telah mulai kembali menggalang kekuatan.

Menurut para intelijen Amerika Serikat, anggota ISIS telah melancarkan serangan gerilya di seluruh Iran dan Suriah sembari merekrut anggota baru di kamp-kamp pengungsian yang dikelola negara sekutu.

Sel-sel tidur kelompok teroris itu juga disebut telah menjalankan serangan penembak jitu, penculikan, hingga pembunuhan terhadap pasukan keamanan dan para pemimpin politik dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: ISIS Mulai Bangkit di Tengah Rencana AS Memulangkan Pasukan

Diduga ISIS saat ini masih memiliki sekitar 18.000 tentara dan telah menyelundupkan dana perang hingga sebesar 400 juta dollar AS (sekitar Rp 5,7 triliun) ke negara-negara tetangga untuk membantu biaya perang melawan Barat.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengakui bahwa kelompok ISIS masih memiliki kekuatan di sejumlah wilayah, namun menyebut kapasitas kelompok teroris itu untuk melakukan serangan telah jauh berkurang.

"Ini hal yang rumit. Pasti ada tempat-tempat di mana ISIS lebih kuat saat ini daripada tiga atau empat tahun lalu," ujar Pompeo dalam wawancara dengan CBS.

"Akan tetapi kekhalifahan yang diproklamirkan kelompok itu telah hilang dan kini menjadi lebih sulit untuk melancarkan serangan," tambah Pompeo ketika ditanya mengenai laporan New York Times yang menyatakan ISIS memperoleh kekuatan baru di Irak dan Suriah.

Baca juga: Diduga Ingin Gabung ISIS di Suriah, 2 Warga Singapura Ditahan

Pompeo mengatakan, rencana mengalahkan kelompok ISIS di wilayah itu, yang dilakukan bersama dengan 80 negara lain telah berjalan sukses.

Presiden AS Donald Trump pada Desember tahun lalu juga menegaskan pasukan AS berhasil menjalankan misi mengalahkan ISIS di Suriah, sehingga keberadaan mereka di negara itu sudah tidak diperlukan.

Akan tetapi Pompeo memperingatkan bahwa selalu ada risiko kebangkitan kelompok teroris Islam radikal, termasuk Al Qaeda dan ISIS.

Sementara itu, utusan China untuk Suriah, Xie Xiaoyan, mengatakan bahwa "organisasi teroris" termasuk kelompok ISIS telah dihidupkan kembali di Suriah, dan mendesak masyarakat internasional untuk tidak mengabaikan tanda-tanda peringatan dini.

Baca juga: Operasi Melawan ISIS, AS Minta Jerman Kirim Pasukan Darat ke Suriah

"Sekarang ada bahaya organisasi teroris seperti ISIS dihidupkan kembali," kata Xie usai bertemu dengan Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir O Pedersen di Jenewa, Selasa (20/8/2019).

"Komunitas internasional harus memperhatikannya," tambahnya, menyerukan kepada pemerintah Damaskus dan oposisi untuk mengakhiri perang saudara.

ISIS mengumumkan kekhalifahan di Suriah dan Irak pada 2014, sempat menguasai sebagain besar wilayah di kedua negara itu, namun kini telah dapat direbut kembali oleh pasukan pemerintah dan koalisi.

Terakhir kali ISIS mengklaim serangan di sebuah pesta pernikahan di Kabul, ibu kota Afghanistan pada Sabtu (17/8/2019) lalu, yang menewaskan setidaknya 63 orang dan melukai 180 orang lainnya.

Baca juga: ISIS Klaim Serangan yang Tewaskan 7 Orang di Markas Militer Filipina

Dalam pernyataan yang dirilis melalui aplikasi pengirim pesan, Telegram, ISIS mengklaim bertanggung jawab dengan mengatakan pembom bunuh diri mampu menyusup ke resepsi dan meledakkan diri di tengah kerumunan "orang kafir".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP,Mirror
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com