Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditanya Kenapa Masih Pertahankan Pasukan di Afghanistan, Trump: Kami Seperti Polisi

Kompas.com - 19/08/2019, 20:16 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, negaranya seperti polisi ketika ditanya mengapa masih mempertahankan pasukan di Afghanistan.

Pernyataan itu Trump lontarkan di tengah perundingan damai dengan Taliban dalam upaya AS mengakhiri perang yang sudah berlangsung dua dekade terakhir.

"Terus terang, kami seperti polisi. Saya pikir penting bagi kami untuk melanjutkan kegiatan yang terjadi dalam sarang mereka," ujar presiden 73 tahun itu.

Baca juga: Trump: Kami Tidak Ingin Afghanistan Jadi Laboratorium Teror

Dia kemudian merujuk kepada tragedi 11 September 2001, dikenal sebagai 9/11, yang berlangsung di menara World Trade Center yang didalangi oleh Al Qaeda.

"Jika Anda melihat yang terjadi saat itu, intinya terjadi di Afghanistan. Mungkin mereka bukan warga lokal. Namun jelas mereka menerima pelatihan," lanjutnya.

Dilansir CNN Minggu (18/8/2019), perang di Afghanistan merupakan keterlibatan terpanjang Negeri "Uncle Sam" sepanjang sejarah dengan kedua kubu tidak bisa saling mengalahkan.

Kepada awak media jelang bertolak ke Washington dari New Jersey, Trump menjelaskan melalui perjanjian damai, dia tak ingin negara itu jadi "laboratorium teror".

Presiden ke-45 AS itu menuturkan pemerintahannya sudah berdialog baik dengan pemerintah Afghanistan maupun Taliban, dan mendapat respons positif.

"Kami akan melihat perkembangannya. Kami akan mempertimbangkan apakah memperpanjang penempatan pasukan kami ataukah tidak," lanjut suami Melania itu.

Kritik menyatakan rencana itu merupakan tanda kekalahan AS dan pengkhianatan di kubu Kabul. Menyikapi kritik itu, Trump menegaskan dia tidak memercayai siapa pun.

"saya tidak percaya siapa--siapa. Saat ini situasi yang mengerikan tengah terjadi di Afghanistan," ujar pemimpin yang berasal dari Partai Republik itu.

Rencana perdamaian dari Washingtion memuat persiapan untuk memulangkan setengah dari 15.000 tentara yang bermarkas di sana, dan menyisakan 8.000-9.000 personel.

Berdasarkan keterangan sejumlah sumber yang terlibat, perjanjian itu juga berisi janji yang dibuat Taliban untuk melaksanakan upaya kontra-terorisme.

Namun, kesepakatan itu tidak menyertakan satu elemen penting. Yakni komitmen Taliban untuk tidak menembaki baik rakyat atau pasukan pemerintah Afghanistan.

Taliban tidak mengakui pemerintahan Presiden Ashraf Ghani sehingga mereka tidak menginginkan ada unsur dari Kabul dalam perundingan damai di Qatar.

Taliban yang bersikeras hanya bersedia melakukan gencatan senjata dengan AS menjadi tantangan Gedung Putih. Sebab di satu sisi, mereka juga terikat perjanjian dengan Kabul.

Baca juga: Pesta Pernikahan di Afghanistan Diguncang Bom Bunuh Diri, 63 Orang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com