Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Disebut Bisa Berbahaya Saat Musim Dingin

Kompas.com - 18/08/2019, 21:57 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang pakar menyatakan, Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un disebut bisa lebih berbahaya ketika rakyatnya bersiap menghadapi musim dingin.

Sejak pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump Juni lalu, rezim Kim sudah menggelar setidaknya enam kali uji coba senjata terbaru.

Pakar Korut dari Universitas Clark Profesor Srinivasan Sitaraman mengungkapkan, tes yang dilakukan pemerintahan Kim Jong Un harus dianggap serius.

Baca juga: Kim Jong Un Sangat Puas dengan Uji Coba Rudal Keenam Korea Utara

Dilansir Daily Mirror Sabtu (17/8/2019), Sitaraman menuturkan kekurangan makanan akan dihadapi Korea Utara saat Natal, dan menekan Kim untuk bertindak.

Dia memprediksi pemimpin yang berkuasa sejak 2011 itu bakal terus menunjukkan kemampuan militer karena bergolak atas sanksi yang dijatuhkan, dan mulai beralih ke metode ilegal.

Berbicara dari kampusnya, Sitaraman yang dihormati karena kepakarannya soal Pyongyang menuturkan jika Kim tidak mendapat apa yang dia inginkan, dia bakal terus melanjutkan tes.

"Ini musim panas, jadi segalanya tak berjalan buruk. Tantangan dan masalah yang sesungguhnya baru akan terjadi ketika musim dingin," papar Sitaraman.

Ketika hawa dingin tiba, rakyat Korut bakal merasakan dampak dari sanksi karena kurangnya makanan. Situasi itu bakal membuat Kim terus menentang sanksi.

"Kim Jong Un bakal menyalahkannya kepada PBB dan negara pemberi hukuman. Dia akan berkata 'jika kalian tak mencabutnya, saya akan menaikkan tensinya'," terangnya.

Dalam satu titik ketika negara komunis itu berada di ambang kekurangan stok pangan, mereka bakal melakukan tekanan kepada Washington, yang akan menentukan sikap.

Di satu sisi, Trump tentu tidak berharap tensi dengan Korut meningkat di tengah kesibukannya untuk menggamit periode kedua dalam Pilpres 2020 mendatang.

"Saya pikir Trump berusaha situasinya tenang mengingat AS memasuki masa kampanye. Jadi, dia ingin mempertahankan status quo hingga musim panas selanjutnya," terang Sitaraman.

Dia melanjutkan tidak mengetahui berapa banyak nuklir yang dipunyai Korut. Yang jelas, satu saja diluncurkan bakal membuat gaduh kawasan tersebut.

Menurutnya, sanksi yang dijatuhkan benar-benar menjatuhkan Korut sehingga mereka mulai mencari celah-celah seperti menyelundupkan batu bara atau meretas.

Baca juga: Kim Jong Un Pakai Jam Tangan Rp 171 Juta saat Awasi Peluncuran Rudal Korea Utara

Berdasarkan dokumen PBB yang bocor, negara yang didirikan oleh kakek Kim, Kim Il Sung, itu disebut bertanggung jawab atas pencurian 2 miliar dollar AS, atau Rp 28,4 triliun.

Profesor di bidang departemen Ilmu Politik itu menyebut sanksi benar-benar berefek kepada perekonomian Korut hingga mereka harus melakukan serangan siber.

Sitaraman berkata, gol utama pemerintah Korut adalah melindungi Kim dan rezimnya. Karena itu mereka tak berambisi menyerahkan senjata nuklirnya.

Dia pun memprediksi Kim tidak berniat bertemu dengan Trump kecuali Gedung Putih menunjukkan sikap dengan mencabut sanksi yang dianggap memberatkan.

Keputusan itu laksana buah simalakama bagi AS. Karena mereka Korut bisa mendeklarasikannya sebagai kemenangan tanpa harus memberi banyak kelonggaran.

Baca juga: Trump Klaim Pertemuan dengan Kim Jong Un Terjadi Berkat Twitter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com