Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Greenland Terbuka untuk Bisnis Tetapi Tidak untuk Dijual"

Kompas.com - 16/08/2019, 22:25 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters

KOPENHAGEN, KOMPAS.com - Pemerintah Greenland menanggapi kabar yang menyebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump berminat untuk membeli pulau yang masih menjadi bagian dari Denmark itu.

Disampaikan menteri luar negeri Greenland, Ane Lone Bagger, wilayah itu terbuka untuk kerja sama bisnis, namun tidak untuk dijual.

"Kami terbuka untuk bisnis, tetapi kami tidak untuk dijual," kata Lone Bagger, kepada Reuters, Jumat (16/8/2019).

Trump dikabarkan akan berkunjung ke Kopenhagen pada September mendatang dan Arktik termasuk dalam agenda selama pertemuan presiden dengan perdana menteri Denmark dan Greenland.

Baca juga: Trump Dilaporkan Ingin AS Membeli Wilayah Greenland dari Denmark

Diberitakan sebelumnya, Trump ingin agar AS membeli wilayah Greenland dari Denmark dan telah berkonsultasi dengan penasihatnya terkait kemungkinan pembelian itu.

"Trump telah menyatakan minatnya atas wilayah Denmark yang memerintah secara mandiri dan sebagian besarnya tertutup es itu dan bertanya kepada penasihatnya apakah mungkin bagi AS untuk mendapatkan wilayah itu," tulis The Wall Street Journal.

"Presiden disebut penasaran tentang sumber daya alam dan relevansi geopolitik kawasan tersebut," lanjut laporan itu, dikutip AFP.

Pembahasan tentang pembelian Greenland itu pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal, yang mengutip dua sumber yang mengetahui situasi tersebut.

Gagasan itu telah ditertawakan dan dianggap lelucon oleh sejumlah penasihat Trump, namun beberapa pihak lain di Gedung Putih menganggapnya serius.

Baca juga: Trump Sebut Xi Jinping Perlu Temui Para Pengunjuk Rasa di Hong Kong

Sementara politisi Denmark mencerca ide itu dan menganggapnya sebuah lelucon.

"Itu pasti merupakan lelucon April Mop yang tidak pada waktunya," kata mantan perdana menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen di Twitter.

Sementara ditambahkan pejabat Partai Rakyat Denmark, hal itu menjadi bukti kegilaan presiden berusia 73 tahun tersebut.

"Jika dia benar-benar memikirkan hal ini, maka ini adalah bukti akhir, bahwa dia sudah gila," kata juru bicara urusan luar negeri Partai Rakyat Denmark, Soren Espersen, kepada radio DR.

"Gagasan tentang Denmark menjual 50.000 warganya (di Greenland) ke Amerika Serikat benar-benar konyol," tambahnya.

Greenland, wilayah pulau di antara Atlantik Utara dan Samudera Arktik, memiliki pemerintahan sendiri namun masih menjadi bagian dari Denmark dan bergabung pada dukungan ekonomi negara itu.

Baca juga: Trump Sebut Kim Jong Un Sudah Meminta Maaf untuk Uji Coba Rudal Korea Utara

Pemerintah Denmark menduduki kawasan pulau seluas 2 juta kilometer persegi itu pada abad ke-18 dan kini menjadi rumah bagi hampir 57.000 penduduk, yang sebagian besar masih lekat dengan komunitas adar Inuit.

Pulau itu menjalankan urusan dalam negerinya sendiri, namun untuk urusan pertahanan dan kebijakan luar negeri mengikuti Kopenhagen.

Greenland mendapat perhatian dari sejumlah negara besar termasuk China, Rusia, dan Amerika Serikat karena lokasinya yang strategis dan kaya akan sumber daya mineral.

Pada tahun 1917 Denmark menjual pulau-pulau di wilayah Hindia Barat kepada AS. Saat itu seharga 25 juta dollar AS dan kemudian dinamai Washingotn dengan Kepulauan Virgin.

Baca juga: Trump: Atas Permintaan Saya, Korea Selatan Membayar Rp 14 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com