Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baku Tembak Militer Pakistan dan India di Perbatasan Kashmir, 5 Orang Tewas

Kompas.com - 15/08/2019, 21:47 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

KASHMIR, KOMPAS.com - Lima orang dilaporkan tewas dalam baku tembak yang terjadi di sepanjang perbatasan de facto wilayah Kashmir yang disengketakan, pada Kamis (15/8/2019).

Pertempuran sering terjadi di garis perbatasan yang disebut Line of Control (LoC), namun kematian lima orang dalam dua insiden baku tembak terakhir terjadi setelah Pakistan menyatakan kesiapan untuk menghadapi agresi India di Kashmir.

"Dalam upaya mengalihkan perhatian dari situasi genting di wilayah Jammu dan Kashmir yang dikuasai India, Angkatan Darat India telah meningkatkan penembakan di LoC."

"Sebanyak tiga tentara Pakistan telah tewas dan Angkatan Darat Pakistan merespons secara efektif," ujar militer Pakistan dalam pernyataan, Kamis (15/8/2019).

Baca juga: PM Pakistan Tuding India Rencanakan Aksi Militer ke Wilayah Kashmir

"Sementara lima tentara India telah terbunuh, banyak yang lainnya terluka dan bungker telah rusak, dengan baku tembak masih berlanjut," lanjut pernyataan tersebut, tanpa menyebut secara pasti lokasi terjadinya insiden.

Belum ada konfirmasi segera dari pejabat India terkait insiden yang terjadi.

Sementara seorang pejabat senior di distrik Rawalakot, mengatakan, dua warga sipil telah tewas dan seorang lainnya luka oleh tembakan dari pasukan India di sepanjang LoC, dalam insiden yang terpisah.

Pejabat itu, Mirza Arshad Jarral, mengatakan, baku tembak yang terjadi antara militer kedua negara telah berlangsung sejak pagi.

Wilayah Kashmir di kaki pegunungan Himalaya telah menjadi sengketa India dengan Pakistan sejak kemerdekaan kedua negara pada 1947.

Baca juga: Perdamaian di Kashmir yang Kini Hanya Sebatas Mimpi

India memerintah wilayah Lembah Kashmir di selatan, sementara Pakistan mengendalikan wilayah Azad Kashmir di barat. Sebagian wilayah di utara yang berpenduduk sedikit berada di bawah kendali China.

Walau demikian, perselisihan untuk menguasai secara penuh wilayah Kashmir masih terus berlanjut. Tercatat sudah dua kali perang pecah antara India dengan Pakistan untuk memperebutkan wilayah itu.

Sebelumnya, pada Rabu (14/8/2019), Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuding otoritas India sedang merencanakan aksi militer ke Kashmir yang disengketakan, setelah penguncian dan pencabutan status otonomi khusus wilayah itu.

Khan pun kembali mengulang komentar yang membandingkan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), organisasi nasionalis Hindu dan sayap kanan India, yang merupakan induk ideologis Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, dengan Partai Nazi Jerman.

Baca juga: PM India Sebut Status Otonomi Khusus Picu Terorisme dan Separatisme di Kashmir

Otoritas India juga telah memberlakukan penguncian dan pemutusan jaringan komunikasi dan internet di Srinagar, ibu kota negara bagian Jammu dan Kashmir, yang mengisolasi warga dari dunia luar.

Sebagai tanggapan balasan, Pakistan memutuskan untuk menangguhkan perdagangan bilateral serta semua jaringan transportasi umum yang menghubungkan kedua wilayah Kashmir. Selain itu, Pakistan juga mengusir duta besar India di Islamabad.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, status otonomi khusus yang berlaku sejak lebih dari enam dekade lalu di Kashmir telah memicu terjadinya terorisme, separatisme, nepotisme, dan korupsi besar-besaran.

Penghapusan status istimewa Kashmir telah menjadi kekhawatiran sejak lama bahwa cara hidup dan adat setempat akan hilang bersamaan dengan arus migrasi dari negara bagian lain di India.

Baca juga: Layanan Komunikasi Diputus, Warga Kashmir Antre demi Menelepon 2 Menit

Para pengamat menyebut pemerintah India secara sengaja ingin mengubah demografi kawasan itu dengan mengizinkan warga dari luar Kashmir, yang mayoritas Hindu, untuk berpindah ke sana.

Penghapusan status istimewa itu juga diperkirakan bakal memperburuk perlawanan dari kelompok pemberontak dan pemberontakan yang telah berjalan selama tiga dekade, serta menewaskan hingga lebih dari 70.000 orang, terutama warga sipil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com