OSLO, KOMPAS.com - Otoritas keamanan nuklir Norwegia sedang menganalisis sejumlah kecil yodium radioaktif yang terdeteksi pada udara di perbatasan utara negara itu beberapa hari pascaledakan di fasilitas uji coba Rusia.
Otoritas keamanan nuklir dan radiasi Norwegia, DSA, mengklaim telah mendeteksi adanya yodium radioaktif di stasiun penyaringan udara di wilayah Svanhovd, yang berada di perbatasan Rusia. Kedua negara dipisahkan oleh sebuah sungai.
Disampaikan bahwa sampel yang dikumpulkan pada periode Jumat-Senin (9-12/8/2019), sedangkan insiden ledakan di wilayah Arkhangelsk, Rusia utara, terjadi pada Kamis (8/8/2019) lalu.
Baca juga: Radiasi Melonjak Pascaledakan, Rusia Perintahkan Evakuasi Desa Dekat Lokasi Insiden
"Saat ini tidak mungkin untuk menentukan apakah deteksi yodium radioaktif terakhir berkaitan dengan insiden ledakan di Arkhangelsk yang terjadi pekan lalu."
"Namun DSA masih terus melakukan pengambilan sampel dan analisis yang lebih sering," kata DSA, dalam pernyataannya, dikutip AFP.
Pengukuran tingkat radiasi semacam itu tidak biasa dilakukan di Norwegia, karena stasiun pemantauannya mendeteksi yodium radioaktif sekitar enam hingga delapan kali setahun dengan sumber yang kerap kali tidak diketahui.
Diberitakan sebelumnya, insiden ledakan terjadi di fasilitas militer di laut lepas wilayah Arktik, utara Rusia pada Kamis (8/8/2019), dan menewaskan lima staf badan nuklir, serta melukai lebih banyak lainnya.
Baca juga: Ledakan di Fasilitas Militer Rusia, Tingkat Radiasi Meningkat 16 Kali Lipat di Atas Normal
Badan pemantauan cuaca Rusia, Rosgidromet mengatakan bahwa perangkat sensornya yang ada di kota Severodvinsk, sekitar 30 kilometer dari situs uji coba, telah mencatat radiasi gamma melampaui level normal pada 4 hingga 16 kali lipat.
Kantor berita Rusia, TASS, mengungkapkan bahwa petugas medis yang merawat korban insiden telah dikirim ke Moskwa untuk menjalani pemeriksaan.
Mereka juga diminta untuk menandatangani dokumen perjanjian yang menyatakan tidak akan membocorkan informasi terkait insiden.
Pemerintah kota Severodvinsk sebelumnya mengatakan, tingkat radiasi di kota itu naik menjadi 2 microsieverts per jam selama sekitar 30 menit pada Kamis (8/8/2019), sebelum kembali ke tingkat normal sekitar 0,1 microsieverts per jam.
Baca juga: Ledakan di Fasilitas Militer Rusia Akibat Uji Coba Senjata Baru
Sementara pejabat darurat mengeluarkan peringatan kepada para pekerja untuk tetap tinggal di dalam rumah dan menutup jendela.
Para pakar rudal dari Amerika Serikat meyakini bahwa insiden ledakan yang terjadi di Rusia beberapa waktu lalu merupakan pengujian rudal jelajah 9M730 "Burevestnik".
Rudal jelajah terbaru tersebut sempat digembar-gemborkan Presiden Vladimir Putin pada awal tahun ini.
Namun juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, pada Selasa (13/8/2019), membantah bahwa insiden ledakan itu terkait dengan proyek Burevestnik.
Peskov menambahkan bahwa penelitian dan pengembangan Rusia di bidang rudal bertenaga nuklir "secara signifikan melampaui tingkat yang dicapai oleh negara-negara lain".
Baca juga: Fasilitas Militer Rusia Meledak Diduga karena Uji Coba Rudal, Ini Tanggapan Trump
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.