Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, yang Dikerahkan ke Perbatasan Hong Kong adalah Pasukan Paramiliter China

Kompas.com - 15/08/2019, 14:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

SHENZHEN, KOMPAS.com - China disebut mengerahkan pasukan paramiliter ke perbatasan Hong Kong di tengah demo intens yang berlangsung dua bulan terakhir ini.

Dilansir CNN Rabu (15/8/2019), berdasarkan seragam yang dipakai, pasukan yang sedang berada di kota Shenzhen adalah Polisi Bersenjata Rakyat (PAP).

PAP merupakan pasukan paramiliter berjumlah 1,5 juta orang yang dikerahkan untuk menanggulangi kerusuhan di perbatasan. Pasukan itu dibawah komando Komisi Militer Pusat China.

Baca juga: Trump: Presiden China Bisa Selesaikan Krisis Hong Kong dengan Cepat dan Manusiawi

Kehadiran mereka di seberang teluk Hong Kong terjadi di tengah spekulasi bahwa Negeri "Panda" bisa memberangkatkan kekuatan besar untuk meredam krisis.

Apalagi, berdasarkan citra satelit yang dipublikasikan perusahaan bernama Maxar, terlihat konvoi besar truk yang diparkir di dalam Stadion Shenzhen Bay.

Namun, tidak ada indikasi bahwa PAP memang diterjunkan untuk mengatasi demo. Selain itu, intervensi Beijing bisa berdampak pada kerugian ekonomi mereka.

Salah satu perwira PAP mengatakan mereka bermarkas di Shenzhen hanya sementara. Namun, perwira itu tidak memaparkan mereka sampai ditugaskan ke sana.

Propaganda

Pada Rabu, pejabat Amerika Serikat (AS) anonim yang mengetahui isu Hong Kong berujar mereka berujar tidak ada "pergerakan" di perbatasan China daratan.

Namun, pejabat itu menuturkan situasi bisa berubah dengan cepat setelah melihat pergerakan PAP, dan menekankan Beijing mampu menempatkan pasukan hanya dalam hitungan jam.

Sumber itu membeberkan dalam beberapa bulan terakhir, PAP sudah meningkatkan kesiapan sejak krisis mulai terjadi, termasuk tampil dengan peralatan lengkap.

Kemudian pada awal pekan ini, media-media di China menampilkan video berisi peningkatan militer di perbatasan, dan diperkuat pernyataan Presiden AS Donald Trump.

Melalui kicauannya di Twitter, Trump mengatakan dia memperoleh informasi intelijen bahwa China tengah membangun kekuatan di perbatasan, namun dia tak menyebut PAP.

Para ahli sudah menyatakan intervensi yang dilakukan pemerintahan Presiden Xi Jinping bisa berdampak buruk. Pertama, melukai status Hong Kong sebagai pusat finansial dunia.

Baca juga: Citra Satelit Tunjukkan Barisan Truk Pengangkut Pasukan di Perbatasan Hong Kong

Kemudian bisa memicu eksodus massal orang-orang, menuai respons keras dari komunitas internasional, dan memperlihatkan gagalnya sistem "satu negara, dua sistem".

Mengingat kedekatan kota itu dengan daratan utama, segala intervensi bisa merembet ke seluruh negara yang tengah rapuh akibat perang dagang dengan AS itu.

Demonstrasi itu terjadi sejak awal Juni ketika oposisi menentang UU Ekstradisi yang mengizinkan terduga kriminal untuk dikirim ke China daratan.

Kritik yang berembus menyatakan bahwa mereka khawatir kemerdekaan Hong Kong bakal terenggut, dengan aturan itu bisa dipakai untuk membungkam lawan politik.

Meski pemerintah setempat sudah mengumumkan penangguhan peraturan tersebut, publik mendesak supaya mereka memutuskan menarik sepenuhnya UU Ekstradisi.

Tuntutan mereka kemudian menjadi lebih luas dengan seruan penyelidikan independen akan kebrutalan polisi dan amnesti bagi peserta unjuk rasa yang ditahan.

Hong Kong adalah bagian dari China. Namun, mereka menganut "satu negara, dua sistem" yang menjamin otonomi serta hak yang tidak didapatkan di daratan utama.

Baca juga: Dukung Demo Anti-Pemerintah Hong Kong, 2 Pilot Cathay Pacific Dipecat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com