Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tongkat Pemukul dan Semprotan Merica Warnai Kerusuhan di Bandara Hong Kong

Kompas.com - 14/08/2019, 12:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

HONG KONG, KOMPAS.com - Tongkat pemukul dan semprotan merica terlihat dalam bentrokan antara polisi dengan pengunjuk rasa pro-demokrasi yang menduduki bandara Hong Kong.

Pendemo tidak mengindahkan peringatan dari Kepala Eksekutif Carrie Lam bahwa aksi mereka bakal membawa kawasan semi-otonomi itu ke "jalan yang tidak akan pernah kembali".

Sedangkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta supaya semua pihak tenang seraya mengonfirmasi laporan intelijen bahwa pasukan China bergerak ke perbatasan Hong Kong.

Baca juga: Pengusaha Hong Kong Meminta Demonstrasi Dihentikan.

Aksi protes terakhir berubah menjadi kekacauan setelah sekelompok pengunjuk rasa garis keras menangkap dua pria yang mereka tuduh sebagai polisi yang menyamar.

Kemudian seperti dilansir AFP Selasa (13/8/2019), para penumpang yang putus asa berusaha merangsek masuk ke terminal keberangkatan salah satu bandara tersibuk dunia itu.

Krisis politik yang sudah berlangsung selama 10 pekan terakhir dan diikuti jutaan orang menjadi tantangan bagi China sejak mereka menerima Hong Kong 1997 silam.

Beijing melontarkan sinyal yang semakin kuat bahwa demo harus diakhiri, dengan media pemerintah menayangkan gambar pasukan polisi bersenjata dikerahkan ke perbatasan.

Baca juga: Hendak Masuk Hong Kong, Kapal Perang AS Ditolak China

Keadilan Jalanan

Baru-baru ini, polisi menyamarkan diri sebagai salah satu pendemo ketika melakukan penangkapan sehingga menimbulkan ketakutan dan paranoia di kalangan pengunjuk rasa.

Pria pertama sempat ditahan selama dua jam sebelum dilarikan dengan ambulans. Polisi harus menggunakan semprotan merica dan tongkat pemukul demi memberi jalan.

Kemudian pria kedua yang mengenakan rompi jurnalis dikepung. Dia diikat dan dihajar oleh sekelompok kecil demonstran karena dituduh sebagai mata-mata.

Dalam twit-nya, editor tabloid Global Times Hu Xijun menerangkan bahwa pria itu merupakan adalah wartawannya. Dia dibawa ke rumah sakit setelah dilepaskan pendemo.

Hingga Rabu dini hari (14/8/2019), sebagian pengunjuk rasa telah pergi dengan SCMP melaporkan otoritas bandara sudah mendapat perintah untuk mengusir sisanya.

Baca juga: Tim Renang DKI yang Sempat Terjebak di Hong Kong Tiba di Tanah Air

Di Dasar Jurang

Pada Selasa pagi, Carrie Lam yang tampil di konferensi pers tampak emosional ketika menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari para jurnalis setelah dia memperingatkan konsekuensi yang timbul.

Nampak Lam berusaha menahan air mata. "Tolong pikirkan semenit saja. Ini kota dan rumah Anda. Apakah Anda mau untuk menjatuhkannya ke jurang?" tanyanya.

Indek Saham Hong Kong jatuh 2,1 persen dalam tiga hari beruntun dengan Xinhua melansir ekonomi kota itu mulai hancur buntut demo yang terjadi.

Bandara menjadi target menyuarakan aspirasi setelah bentrok pada Minggu (11/8/2019) disebut membuat seorang perempuan kehilangan penglihatan dengan pendemo menyalahkan bean-bag yang ditembakkan aparat.

Aksi mereka menuai respons beragam dari penumpang. Pete Knox yang berasal dari Inggris menuturkan, dia memahami dan menangkap pesan yang disampaikan.

"Ini tentang kemerdekaan dan demokrasi. Itu sangatlah penting," kata pria 65 tahun yang mengaku hendak ke Vietnam. Ada juga penumpang yang mempertanyakan aksi itu.

Baca juga: [POPULER INTERNASIONAL] Video Banjir di Mina | China Siagakan Tank di Perbatasan Hong Kong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com