Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layanan Komunikasi Diputus, Warga Kashmir Antre demi Menelepon 2 Menit

Kompas.com - 13/08/2019, 22:46 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

SRINAGAR, KOMPAS.com - Warga di kota utama Kashmir, India, sejak beberapa hari terakhir rela mengantre di luar kantor pemerintahan yang dijaga ketat, demi bisa terhubung dengan dunia luar melalui telepon selama dua menit.

Kondisi tersebut telah berlangsung di kota Srinagar, menyusul kebijakan pemerintah India yang memutus layanan telepon seluler dan internet sejak sepekan terakhir dalam rangka penguncian militer di wilayah pegunungan Himalaya itu.

Hanya ada dua perangkat ponsel dengan saluran luar yang disediakan di kantor wakil komisaris, setelah diberlakukannya penguncian Kashmir oleh pemerintah yang mencabut status otonomi khusus wilayah itu.

Kondisi tanpa jaringan komunikasi memaksa warga Srinagar dan dari luar kota untuk datang ke kantor wakil komisaris sehingga mereka dapat menghubungi keluarga mereka.

Baca juga: Perdamaian di Kashmir yang Kini Hanya Sebatas Mimpi

Di bawah pengawasan ketat anggota paramiliter India, percakapan warga turut dikontrol secara ketat dan tak jarang menimbulkan frustasi warga.

Seorang wanita berusia 56 tahun yang telah berjalan beberapa kilometer melalui sejumlah pos pemeriksaan tak bisa menahan emosi dan terlibat pertengkaran dengan pasukan keamanan di luar kantor setelah ditolak untuk melakukan sambungan telepon.

"Mereka mencegah saya masuk karena mereka tidak memiliki petugas polisi wanita untuk menggeledah saya," kata wanita itu, yang untuk dapat menelepon kedua anaknya yang belajar di luar negeri.

"Saya mencemaskan kedua putri saya, tetapi mereka pasti akan lebih mengkhawatirkan saya," katanya, kepada AFP.

Baca juga: Kekecewaan Warga Kashmir Tak Bisa Beli Hewan Kurban Saat Idul Adha

Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain memberikan nomor kontak anak-anaknya kepada orang asing dalam antrean dan memohon mereka untuk mencoba dan menghubungi putrinya.

Pemerintah India telah memberlakukan pemadaman dan penguncian jaringan komunikasi di kota Srinagar, selain juga menerapkan jam malam dan mengerahkan puluhan ribu pasukan tambahan untuk mencegah timbulnya kerusuhan setelah dihapuskannya status otonomi khusus Kashmir.

Pemerintah telah memberi telepon satelit kepada para petugas polisi dan birokrat papan atas, sementara lusinan pejabat lainnya memiliki nomor ponsel dan telepon rumah yang terhubung ke jaringan pribadi.

Sedangkan layanan telepon terbatas di kantor wakil komisaris baru mulai dibuka pada Kamis (8/8/2019) pekan lalu.

Sejak saat itu, setiap harinya panjang antrean terus bertambah dan dimulai sejak pagi, saat seorang pejabat keluar untuk mengambil nama dan nomor yang akan dipanggil dalam daftar.

Baca juga: Umat Muslim India di Wilayah Kashmir Sambut Perayaan Idul Adha Usai Unjuk Rasa

"Kami berusaha membantu orang-orang untuk dapat tetap terhubung dengan kerabat mereka di luar negeri," kata pejabat itu tanpa menyebut nama.

Setiap orang yang beruntung hari itu hanya diberi kesempatan melakukan panggilan telepon selama 120 detik.

Meski telah diberi kesempatan menelepon, tidak selalu mereka bisa terhubung dengan orang yang dituju, karena terkadang nomor yang dihubungi tidak menjawab.

Seperti yang dialami Mubashir Hussain, yang frustasu setelah teleponnya ke seorang saudara di Amerika Serikat tidak mendapat jawaban.

Baca juga: India Peringatkan Pakistan, Masalah Kashmir adalah Urusan Dalam Negeri

"Dia pasti sedang berada jauh dari teleponnya atau tidur, karena ada perbedaan waktu," kata pria berusia 44 tahun itu sambil mengembalikan ponsel dengan kecewa.

"Kami benar-benar seperti dibawa kembali ke zaman batu. Memutus komunikasi seharusnya menjadi pelanggaran hak asasi manusia," kata Hussain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com