Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan di Fasilitas Militer Rusia, Tingkat Radiasi Meningkat 16 Kali Lipat di Atas Normal

Kompas.com - 13/08/2019, 21:49 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Ledakan di lokasi uji coba rudal Rusia pekan lalu dilaporkan telah memicu terjadinya lonjakan radiasi hingga 16 kali lipat dari level normal di kota terdekat.

Hal tersebut telah dikonfirmasi Badan Cuaca Nasional Rusia, pada Selasa (13/8/2019).

Ledakan yang terjadi di fasilitas militer di laut lepas wilayah Arktik, pada Kamis (8/8/2019), itu telah menewaskan hingga lima staf badan nuklir Rusia dan melukai lebih banyak lainnya.

Otoritas terkait kemudian mengonfirmasi bahwa ledakan tersebut terjadi saat dilakukan pengujian persenjataan baru.

Upacara penghormatan bagi para korban tewas telah digelar secara tertutup di kota Sarov, wilayah Nizhny Novgorod, yang berjarak sekitar 500 kilometer arah timur Moskwa.

Baca juga: Ledakan di Fasilitas Militer Rusia Akibat Uji Coba Senjata Baru

Selama era Perang Dingin, kota Sarov telah dikenal sebagai kota rahasia yang dijuluki sebagai Arzamas-16 dan menjadi pusat penghasil senjata nuklir pertama Uni Soviet.

Kota tersebut masih menjadi kota tertutup yang hanya dapat diakses menggunakan izin khusus.

"(Hal) terbaik untuk mengingat mereka adalah dengan melanjutkan dan menyelesaikan pekerjaan persenjataan baru tersebut," kata kepala Rosatom, Alexei Likhachev, seperti dikutip kantor berita.

Layanan pemantauan cuaca Rusia, Rosgidromet, mengatakan bahwa perangkat sensornya yang berada di kota Severodvinsk, sekitar 30 kilometer dari situs uji coba Nyonoksa, telah mencatat radiasi gamma melampaui level normal pada 4 hingga 16 kali lipat.

Baca juga: Ledakan di Pangkalan Militer Rusia, Korban Tewas Jadi 5 Orang

Rosgidromet mengatakan, level radiasi yang lebih tinggi terpantau pada enam hingga delapan stasiun pemantauan di Severodvinsk. Tingkat radiasi kembali normal setelah 2,5 jam.

Dilansir AFP, salah satu sensor mencatat level 1,78 microsieverts per jam. Angka tersebut jauh di atas rata-rata normal, namun juga masih jauh di bawah level yang berbahaya.

Warga kota yang panik pun bergegas menuju apotek dan tempat penjualan obat untuk membeli iodium yang dapat digunakan untuk menghentikan efek radiasi menyerap kelenjar tiroid.

"Warga mulai panik. Dalam waktu satu jam semua obat yodium maupun yang mengandung yodium telah terjual habis," kata ahli farmasi Yelena Varinskaya kepada AFP.

Badan nuklir Rusia, Rosatom, mengatakan stafnya, yang menjadi korban dalam insiden ledakan, bertugas memberikan bantuan untuk menangani "sumber daya isotop" dari rudal.

Baca juga: Fasilitas Militer Rusia Meledak Diduga karena Uji Coba Rudal, Ini Tanggapan Trump

Mereka semua terlempar ke laut dari fasilitas pengujian setelah terdorong kekuatan ledakan.

Para pakar rudal dari Amerika Serikat meyakini bahwa insiden ledakan yang terjadi di Rusia beberapa waktu lalu merupakan pengujian rudal jelajah 9M730 "Burevestnik".

Rudal jelajah terbaru tersebut sempat digembar-gemborkan Presiden Vladimir Putin pada awal tahun ini.

Namun juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, pada Selasa (13/8/2019), membantah bahwa insiden ledakan itu terkait dengan proyek Burevestnik.

Peskov menambahkan bahwa penelitian dan pengembangan Rusia di bidang rudal bertenaga nuklir "secara signifikan melampaui tingkat yang dicapai oleh negara-negara lain".

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Senin (12/8/2019), mengatakan bahwa AS dapat belajar banyak dari insiden ledakan itu dan mengklaim bahwa Washington memiliki "teknologi yang serupa, tetapi lebih maju".

Baca juga: Ledakan di Pangkalan Militer Rusia Picu Lonjakan Radiasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com