"Namun jika kami tidak keluar dari titik ini, maka masa depan yang kami jalani bakal semakin mengerikan, dan kami akan kehilangan kemerdekaan kami," terangnya.
Baca juga: Diduduki Ribuan Demonstran, 100 Penerbangan di Bandara Hong Kong Terganggu
Pergerakan pro-demokrasi itu jelas menyulut amarah China di mana otoritas setempat menyebut pendemo yang melemparkan bom molotov ke pos polisi "teroris".
Juru bicara Kantor Dewan Negara Hubungan Hong Kong dan Macau Yang Guang berkata, demo berlangsung radikal dengan pengunjuk rasa menggunakan barang berbahaya.
"Tindakan itu merupakan pelanggaran kriminal yang serius sekaligus tanda pertama adanya terorisme yang muncul. Tindakan ini menginjak aturan dan ketertiban," ujarnya di Beijing.
Beberapa jam kemudian, dua media resmi pemerintah mempublikasikan video berisi kendaraan angkut personel bersenjata lengkap menuju kota perbatasan Shenzhen.
Opini yang muncul di Xinhua menyatakan "kriminal yang berbaju hitam", serta menyebut saat ini masa depan Hong Kong berada di "ujung tanduk".
Situasi tersebut tak pelak juga memantik perhatian Amerika Serikat (AS), di mana seorang pejabat senior menyerukan semua pihak untuk menghindari kekerasan.
"Masyarakat akan terlayani dengan baik ketika perbedaan pandangan politik dihormati dan dapat diungkapkan secara bebas serta damai," kata pejabat itu.
Baca juga: Diduduki Ribuan Demonstran, 100 Penerbangan di Bandara Hong Kong Terganggu
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.