Dengan Partai Komunis China bersiap untuk memperingati 70 tahun 1 Oktober mendatang, mereka memikirkan berbagai opsi sebelum mengerahkan militer.
Sejumlah opsi itu sudah mulai dipakai. Salah satunya adalah percobaan memengaruhi opini publik. Mereka mencoba membangkitkan semangat nasionalis di daratan utama maupun Hong Kong.
Sementara di sisi lain, aparat propaganda China mendiskreditkan pro-demokrasi dengan menyebut mereka sebagai aksi tak patriotik yang mencoba mengacaukan Hong Kong.
Lam menyatakan demo itu bukan lagi gerakan populer untuk menentang UU Ekstradisi maupun pemerintahannya. Namun upaya menentang "satu negara dua sistem".
Baca juga: China: Demo Hong Kong adalah Terorisme
China kini menyerahkan beban kepada Kepolisian Hong Kong yang menjadi wajah sekaligus sikap pemerintah dengan tekanan yang kini mulai menggelayuti mereka.
Dikenal sebagai "Terbaik Asia", polisi Hong Kong menderita kerusakan reputasi atas respons lambat dan penanganan mereka atas serangan massa 21 Juli terhadap pendemo di Yuen Long.
Dapiran mengatakan, Negeri "Panda" kini berusaha keras untuk bertanggung jawab atas situasi. "Polisi ditekan untuk mengakhiri kekacauan dan memulihkan stabilitas," paparnya.
Lam sempat menuturkan, aksi protes yang melanda sepanjang dua bulan terakhir dia ibaratkan "tsunami menghantam Hong Kong" atas pusat finansial itu.
Dapiran menjelaskan jika saja pemerintah bersedia memberi ruang bagi penyelidikan independen dan memulai kembali reformasi politik sejak aksi Pergerakan Payung 2014, mungkin akan menurunkan ketegangan.
Desakan untuk memulai investigasi tak hanya datang dari politisi pro-Beijing, bahkan juga berasal dari negara asing hingga sekutu Lam sendiri.
Namun, Lam nampaknya menolak mengabulkannya. Dia beranggapan tidak bisa memberi kelonggaran bagi pendemo, dan apa yang pantas bagi rakyat Hong Kong.
"Yakni dengan menghentikan demo dan berkata 'tidak' bagi kekacauan di Hong Kong selama beberapa pekan terakhir supaya kita bisa melanjutkan hidup," ungkapnya.
Tetapi Dapiran menuturkan bahwa waktu terus berdetak. "Pada 1 Oktober, China tentu ingin seluruh wilayahnya, termasuk Hong Kong, merayakan 70 tahun dengan damai," pungkasnya.
Baca juga: Maskapai Cathay Pacific Ancam Pecat Karyawan jika Ikut Demo Hong Kong
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.