Tapi terkikisnya kebebasan India ini tidak dapat hanya disalahkan ke Modi, BJP dan RSS semata.
Penduduk India, yang kembali memilih Modi dengan kemenangan mayoritas yang besar di pemilihan umum terakhir, pada taraf tertentu juga turut ambil andil dalam menciptakan situasi ini.
Lagipula, pemerintahan India selama 40 tahun berturut-turut, dengan segala macam latar belakang ideologinya, telah “menurunkan” otonomi Kashmir secara bertahap. Dan di saat yang bersamaan tidak pernah sekalipun mengadakan referendum serta melarang isu ini untuk dibawa ke arbitrase internasional PBB.
Ditambah lagi, sentimen positif penduduk India di media sosial atas berita-berita dan perkembangan terbaru di Kashmir – banyak yang menyerukan “Solusi Terakhir” atas “masalah Kashmir” – menunjukkan bahwa kebijakan Modi ini menerima dukungan publik, atau bahkan dikatakan sebagai prestasi.
Tapi kegembiraan ini mungkin hanya sementara. Kemungkinan terjadinya konflik dengan Pakistan dan China (yang memiliki klaim atas Ladakh dan mengkritik aksi India) mungkin kecil.
Kehancuran yang sesungguhnya justru akan terjadi ke jiwa India.
Bila mereka dapat memperlakukan Kashmir sepert ini – dan menghiraukan suara rakyat – lalu apakah ada yang dapat menghentikan hal serupa terjadi atas penduduk minoritas India ataupun wilayah-wilayah yang tidak berbahasa Hindi, seperti Karnataka, Assam, dan Tamil Nadu?
Penindasan atas Kashmir lebih dari sebatas masalah agama, tapi juga mengenai hancurnya sebuah budaya nasional yang unik dan dipraktekkan oleh keyakinan yang berbeda-beda.
Bukan mengenai India yang mulai terhomogenisasi, tapi berakhirnya masa keberagaman.
Wujud India yang dikenal sebagai negara anti-koloni, sebuah suar sekularisme dan progresivitas di Asia, negara yang demokratis dan pluralis, kini telah terobek-robek.
Negara yang dijajah itu kini menjadi penjajah. Tapi, pada akhirnya, inilah yang diinginkan penduduk India dengan memilih Modi.
Mereka menginginkan sosok “orang kuat” dan kini – untuk hal yang lebih baik atau buruk – mereka pun harus melanjutkan hidup dengan kebijakan apapun yang dia kenakan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.