Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika China Sampai Kerahkan Militer untuk Padamkan Krisis Hong Kong, Ini Konsekuensinya

Kompas.com - 12/08/2019, 15:09 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Pakar menuturkan, terdapat konsekuensi serius jika China sampai mengerahkan militer untuk memadamkan krisis yang terjadi di Hong Kong.

Sejak bentrokan antara polisi dengan pengunjuk rasa semakin intens, kecaman Beijing menjadi semakin kencang, dengan peringatan mereka yang bermain api bakal "binasa karenanya".

Di saat bersamaan, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dengan garnisun di Hong Kong merilis video latihan anti huru hara dengan membawa senapan serbu hingga meriam air.

Baca juga: Pecat Pilot yang Unjuk Rasa di Hong Kong, Saham Cathay Pacific Menukik

Dilansir AFP Senin (12/8/2019), gambar maupun retorika itu dipandang sebagai analis bahwa China mulai serius mempertimbangkan menempatkan militer ke Hong Kong.

Peneliti di Lowy Institute Sydney Ben Bland berujar, China hendak menggunakan ancaman pengerahan tentara guna menakuti para pengunjuk rasa bekas Koloni Inggris itu.

"Namun mengingat adanya risiko operasional dan mempertimbangkan reputasi serta ekonomi China, mempertimbangkan militer adalah langkah berbahaya," katanya.

Bland berkaca dari cara brutal China menumpas aksi protes di Lapangan Tiananmen April sampai Juni 1989 silam. Selama dua tahun, ekonomi mereka hampir stagnan karena dikucilkan dunia.

Stabilitas pusat finansial dunia itu penting bagi kelangsungan ekonomi China. Namun keberadaan pasukan maupun polisi China bisa disorot media internasional.

Salah melangkah, ambisi Negeri "Panda" untuk menyatukan daratan utama dengan Taiwan yang mempunyai pemerintahan mandiri bisa mendapat batu sandungan.

Jadi untuk saat ini, pemerintah pusat masih membatasi diri untuk tidak menyuarakan dukungan mereka terhadap Kepolisian Hong Kong secara terang-terangan.

Baca juga: Ribuan Pengunjuk Rasa Gelar Aksi di Bandara Hong Kong demi Menyampaikan Kebenaran

Belajar dari Kesalahan

Hukum di Hong Kong memang secara tegas menyatakan pasukan PLA yang bermarkas di sana tidak bisa melakukan intervensi urusan dalam negeri kota itu.

Namun, serdadu-serdadu itu bisa ditempatkan jika mendapat permintaan secara langsung dari pemerintah setempat demi memulihkan "ketertiban sosial".

Dan pakar keamanan mencatat selama 30 tahun sejak aksi protes Tiananmen, China sudah mengembangkan penegak hukum modern untuk memadamkan kerusuhan dari pada sekadar mengirim tank.

Mantan dosen politik Universitas Tsinghua Beijing Wu Qiang memaparkan, China belajar dari kesalahan dengan serangkaian "pertukaran" dengan polisi Eropa dan AS.

Baca juga: Ada Rencana Unjuk Rasa, Bandara Hong Kong Perketat Pemeriksaan Calon Penumpang

"Kebijakan pengiriman aparat mereka ke sejumlah negara adalah mempelajari bagaimana cara berhadapan dengan aksi damai maupun kerusuhan politik," papar Wu.

Metode itu terlihat dari cara video latihan PLA yang dirilis pekan lalu. Memperlihatkan bagaimana cara latihan mereka dan juga terjadi di Shenzhen yang berbatasan dengan Hong Kong.

Video itu memperlihatkan pasukan keamanan dengan peralatan anti huru hara dan formasi ketat menggunakan gas air mata serta perisai untuk membubarkan massa yang bertindak sebagai demonstran.

Wu mengatakan meski peralatan maupun teknik yang mereka lakukan sangat modern, kemampuan menempatkan secara efektif di Hong Kong menimbulkan tantangan.

"Rezim China ini tidak punya pengalaman menangani kerusuhan di kawasan yang relatif bebas," tuturnya. Selain itu, foto maupun video adanya pasukan di jalanan bisa menimbulkan kemarahan dunia.

Baca juga: China kepada Diplomat AS: Berhenti Ikut Campur Masalah Hong Kong

Bisa Gunakan Penyamaran

Analis politik Willy Lam dari Universitas China di Hong Kong memaparkan, Beijing bisa mempertimbangkan menggunakan penyamaran jika ingin menerjunkan pasukan.

"Mereka tentunya akan mengenakan seragam Kepolisian Hong Kong sehingga tidak akan menjadi pengerahan resmi," demikian penjelasan Lam kepada AFP.

Terdapat rumor tentang adanya metode seperti itu, dan membuat polisi Hong Kong angkat bicara dengan menyanggah masuknya militer China di kesatuan mereka.

Salah satu pemimpin aksi protes Tiananmen 1989 Wu'er Kaixi yang kini hidup di Taiwan menyatakan, China jelas sudah memikirkan dampak jika sampai memberangkatkan militer ke Hong Kong.

Baca juga: Ada Rencana Unjuk Rasa 3 Hari di Bandara Hong Kong, AS Tingkatkan Travel Advisory

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com