Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Separatis Yaman Kuasai Istana Presiden dan Kamp Militer di Aden

Kompas.com - 12/08/2019, 14:32 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber AFP


KOMPAS.com - Kelompok Separatis Yaman Selatan mengklaim telah menduduki istana presiden di Aden setelah bertempur melawan pasukan pemerintah.

Pemerintahan presiden Abd Rabbo Mansour Hadi sebelumnya resmi berpindah ke Aden setelah pasukan Houthi menduduki Sana'a pada tahun 2016.

Dikutip dari AFP, Sabtu (10/8/2019) Wakil Menteri Luar Negeri Yaman Mohammad Al-Hadhrami melalui akun Twitternya Sabtu lalu mengatakan bahwa tindakan yang dilaukan oleh separatis Dewan Transisi Yaman Selatan (STC) di Aden adalah kudeta terhadap lembaga negara yang sah.

Pasukan Security Belt juga menyerbu barak militer dari pasukan Hadi pada hari Sabtu (10/8/2019) ketika pertempuran sedang berlangsung.

Pasukan tersebut merupakan pasukan milisi dari STC yang didukung oleh Uni Emirat Arab dan berbasis di Yaman Selatan.

Baca juga: Tegang dengan Iran, AS Minta Sekutunya Tempatkan Militer di Teluk dan Yaman

Seorang koresponden AFP melaporkan telah melihat pejuang separatis mengelilingi sebuah tank yang telah dirampas setelah menduduki istana presiden.

Pemerintah Yaman, melalui Kementerian Luar Negeri, menyalahkan Dewan Transisi Yaman Selatan (STC) dan Uni Emirat Arab atas kejadian itu.

Pemerintah Yaman juga meminta agar Uni Emirat Arab menghentikan dukungan militer kepada STC.

Sementara itu, koalisi yang dipimpin Arab Saudi menyerukan adanya gencatan senjata antara kedua pihak di Aden.

Mereka mengancam akan menggunakan kekuatan militer terhadap siapa pun yang melanggarnya.

Arab Saudi juga meminta agar segera digelar pertemuan darurat antara pihak-pihak yang bertikai untuk mengakhiri perselisihan.

Juru bicara STC mengatakan pada hari Sabtu situasi sudah stabil dan mereka bekerja untuk memulihkan jaringan air yang rusak akibat pertempuran.

Menurut International Crisis Group, bentrokan yang terjadi pada Sabtu lalu membutuhkan intervensi diplomatik yang kuat dari PBB, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab untuk mencegah terjadinya konflik yang lebih buruk.

Komite Palang Merah Yaman juga meminta semua pihak untuk menyelamatkan warga sipil dari wilayah konfrontasi.

Seperti diketahui, hubungan antara pasukan Security Belt dan pasukan pemerintah Yaman telah mengalami ketegangan dalam beberapa tahun.

Baca juga: Houthi Desak Pasukan Koalisi Pimpinan Saudi Tinggalkan Yaman

Padahal, kedua pihak berada dalam satu barisan untuk memerangi pemberontak Houthi di Sana'a.

Pertempuran Sabtu lalu bukanlah pertama kalinya bagi kedua pihak.

Pada Januari 2018, mereka bertempur selama tiga hari dan menewaskan 38 orang dan melukai 222 lainnya.

Pasukan Security Belt menuduh pemerintah Hadi mengizinkan kelompok Islamis masuk dalam barisan mereka dan mendukung Ikhwanul Muslimin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com