Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekecewaan Warga Kashmir Tak Bisa Beli Hewan Kurban Saat Idul Adha

Kompas.com - 12/08/2019, 09:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

SRINAGAR, KOMPAS.com - Bashir Ahmad menempuh risiko demi menghormati tradisi Idul Adha dengan berusaha membeli hewan kurban di tengah situasi panas di Kashmir.

Namun, meski sudah melewati barikade kawat berduri dan berkendara hingga 20 km dari Srinagar, Ahmad mengaku tak bisa menemukan ATM atau bank untuk mengambil uang.

Kepada AFP Minggu (11/8/2019), pengusaha itu menceritakan pada Idul Adha tahun lalu, dia membeli lima ekor domba sebagai hewan kurban. Namun tahun ini, tidak bisa.

Baca juga: Umat Muslim India di Wilayah Kashmir Sambut Perayaan Idul Adha Usai Unjuk Rasa

Sebabnya, bank maupun ATM yang dia jumpai kehabisan uang. "Saya mengambil risiko dengan turun ke jalan. Namun hasilnya sia-sia. Saya berpikir tak bisa berkurban tahun ini," keluhnya.

Kashmir yang mayoritas dihuni Muslim bersiap untuk merayakan Idul Adha pada Senin (12/8/2019), atau sepekan setelah pemerintah India mencabut status otonomi dan menerapkan jam malam.

Warga lokal merayakan hari yang bersumber dari kisah bagaimana Ibrahim diperintahkan oleh Tuhan untuk menyembelih putra yang dia sayangi, Ismail.

Setiap tahun, puluhan ribu ekor domba dan kambing dibeli dan kemudian disembelih dan setelah itu, dagingnya dibagi-bagikan baik kepada kerabat maupun yatim piatu.

Namun tradisi itu terancam tak terjadi tahun ini. Sebabnya, India yang disokong pasukan paramiliter mengawasi secara ketat dan mencegah orang berkumpul dalam jumlah besar.

Meski sudah mendapat instruksi untuk dilonggarkan, sumber mengungkapkan paramiliter itu bakal mempertahankan penjagaan mereka paling tidak hingga perayaan selesai.

Warga setempat lainnya, Shakeel Bhat, akhirnya bisa menemukan penjual hewan setelah berkendara sejauh 10 km. Namun dia mencelos setelah tahu harganya.

Dia mengaku ingin membeli seharga 9.000 rupee, sekitar Rp 1,8 juta. "Namun harga yang ditawarkan sangat tinggi karena mereka mempertaruhkan nyawa untuk berjualan," keluhnya.

Tak hanya pembeli, pedagang hewan kurban pun mengaku frustrasi dengan blokade yang diterapkan India. Salah satunya adalah Shamsher Khan dan dua saudaranya.

Tahun ini, dia membawa 150 ekor domba dan menempuh 250 km dari Distrik Reasi menuju Srinagar pada pekan lalu, setelah pengetatan keamanan diberlakukan.

Baca juga: PM India Sebut Status Otonomi Khusus Picu Terorisme dan Separatisme di Kashmir

"Kami tak menjual apa pun tahun ini. Orang-orang tak punya uang dan situasi menjadi sangat mengerikan hingga mereka tak berani keluar rumah," keluh Khan.

Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan pencabutan otonomi Kashmir bakal membebaskannya dari terorisme dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Namun Shuja Rasool menuduh kebijakan keras yang diambil New Delhi merupakan bentuk campur tangan dalam agama mereka. Dia, begitu juga warga lain, tak punya uang untuk membeli domba.

"Kami tidak bebas dan tidak ada kemerdekaan dalam menjalankan agama kami. Saya sangat sedih dengan situasi ini," tutur pria 32 tahun tersebut.

Begitu juga dengan seorang pedagang yang sudah menjalankan usahanya selama 15 tahun. Pedagang anonim itu menuduh pemerintahan Modi sudah memperburuk situasi.

"Ketika dia nanti mencabut jam malam, kami akan mengorbankan diri kami sendiri sama seperti kami mengorbankan kambing dalam perayaan Idul Adha," kecamnya.

Baca juga: [POPULER INTERNASIONAL] Memahami Status Otonomi India Kashmir | Ancaman Topan Super Lekima di Taiwan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com