Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan di Pangkalan Militer Rusia, Korban Tewas Jadi 5 Orang

Kompas.com - 10/08/2019, 18:07 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Badan energi atom Rusia mengumumkan insiden ledakan terjadi di sebuah lokasi pengujian rudal Arktik pada Kamis (8/8/2019), dan menewaskan lima orang.

Informasi tersebut sedikit berbeda dengan yang disampaikan pihak militer Rusia yang menyebut jumlah korban tewas sebanyak dua orang.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan energi atom negara, Rosatom, mengungkapkan bahwa kecelakaan ledakan tersebut telah menewaskan lima stafnya, serta melukai tiga orang, yang mengalami luka bakar dan cedera lainnya.

Rosatom menyatakan, stafnya yang menjadi korban bertugas memberi dukungan teknis untuk "sumber daya isotop" pada mesin rudal.

Baca juga: Ledakan di Pangkalan Militer Rusia Picu Lonjakan Radiasi

Pihak militer tidak menggambarkan insiden ledakan yang terjadi berkaitan dengan bahan bakar nuklir.

Sebelumnya diberitakan, otoritas di kota Nyonoksa, yang terdekat dengan lokasi ledakan, mengatakan bahwa telah terjadi lonjakan tingkat radiasi, tetapi militer membantah.

Dilaporkan bahwa kecelakaan terjadi selama dilakukannya pengujian mesin roket berbahan bakar cair di lokasi pengujian rudal di wilayah Arkhangelsk, dekat dengan Kutub Utara.

"Akibat insiden tersebut, enam staf kementerian pertahanan dan seorang pengembang terluka. Sedangkan dua tenaga spesialis meninggal karena luka-luka mereka," kata Kementerian Pertahanan dalam pernyataannya.

Baca juga: Tenggelam sejak 1989, Kapal Selam Nuklir Soviet Masih Pancarkan Radiasi

Dilaporkan, insiden tersebut terjadi di dekat sebuah kota kecil, Nyonoksa, sekitar 1.000 kilometer arah utara Moskwa, yang merupakan pusat pengujian utama untuk rudal balistik yang digunakan pada kapal selam dan kapal perang.

Sementara otoritas di kota Severodvinsk, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari lokasi insiden, melaporkan terjadinya kenaikan tingkat radiasi sesaat setelah ledakan.

Pejabat Severodvinsk, melalui situs web mereka, mengatakan bahwa sensor pendeteksi radiasi otomatis di kota itu "mencatat kenaikan singkat tingkat radiasi" pada Kamis pagi, pukul 11.50 pagi waktu setempat dan telah kembali turun hingga di bawah batas yang diizinkan pada pukul 14.00.

Unggahan pada situs tersebut kemudian diturunkan.

Baca juga: Kali Pertama, Tulang Manusia Ungkap Keparahan Radiasi Bom Hiroshima

Sementara itu, seorang pejabat yang bertanggung jawab atas pertahanan sipil, Valentin Magomedov, mengatakan kepada kantor berita negara TASS, telah terjadi peningkatan radiasi pada Kamis (8/8/2019) menjadi 2,0 microsieverts per jam selama setengah jam dari pukul 11.50, sebelum kembali menurun tajam.

Dilaporkan TASS, Magomedov mengatakan bahwa tingkat tersebut melebihi batas yang diizinkan, yakni 0,6 microsieverts.

Terpisah, seorang pakar dari Institut Penelitian Nuklir Moskwa, Boris Zhuikov mengatakan kepada situs berita RBK, bahwa sumber daya isotop terutama yang digunakan untuk pesawat ruang angkasa dan biasanya tidak berbahaya.

"Jika sumber daya itu rusak, orang-orang yang berada di dekatnya bisa terluka. Namun sumber-sumber isotop menggunakan berbagai jenis bahan bakar, seperti plutonium, promethium atau cerium," kata Zhuikov.

Baca juga: Klaim Terkena Radiasi Fukushima, 318 Pelaut AS Gugat Pemerintah Jepang

"Tingkat radioaktif yang terlibat sama sekali tidak sebanding dengan yang saat terjadi kecelakaan serius di reaktor (nuklir)," tambahnya.

Kendati begitu, kabar tentang kecelakaan itu telah mendorong penduduk Severodvinsk untuk bergegas ke apotek untuk persediaan yodium, yang dapat digunakan untuk menghentikan radiasi penyerap kelenjar tiroid.

"Warga mulai panik. Dalam waktu satu jam semua obat yodium maupun yang mengandung yodium telah terjual habis," kata ahli farmasi Yelena Varinskaya kepada AFP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com