Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China kepada Diplomat AS: Berhenti Ikut Campur Masalah Hong Kong

Kompas.com - 08/08/2019, 22:18 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China mendesak kepada para diplomat Amerika Serikat yang ditempatkan di Hong Kong untuk berhenti ikut campur dalam urusan kota tersebut.

Desakan itu muncul menyusul adanya laporan yang menyebut para diplomat AS tersebut telah mengadakan pertemuan dengan para aktivis pro-demokrasi.

Kementerian Luar Negeri China menyatakan telah menyampaikan kekecewaannya terhadap otoritas AS dari konsulat jenderal mereka di Hong Kong, yang menurut laporan media lokal, seorang pejabatnya telah bertemu dengan "kelompok kemerdekaan" setempat.

"Kementerian mendesak kepada kantor diplomatik untuk segera membuat terobosan dengan berbagai perusuh anti-China dan segera berhenti mencampuri urusan Hong Kong," bunyi pernyataan kementerian, Kamis (8/8/2019).

Baca juga: Dukung Unjuk Rasa Anti-Pemerintah, Ratusan Pengacara Hong Kong Turun ke Jalan

Surat kabar Hong Kong, Takungpao mengungkapkan dalam laporannya, telah terjadi pertemuan antara anggota partai politik Demosisto, termasuk aktivis demokrasi terkenal Joshua Wong dengan kepala unit politik konsulat jenderal AS di Hong Kong, Julie Eadeh.

Saat dihubungi AFP, juru bicara Departemen Luar Negeri China mengatakan, perwakilan pemerintah AS telah bertemu secara teratur dengan sejumlah orang di Hong Kong dan Makau.

"Sebagai contoh, pada hari pertemuan khusus ini, para diplomat kami juga bertemu dengan legislator pro-pendirian dan pan-demokrasi, serta anggota komunitas bisnis Amerika dan korps konsuler," kata juru bicara itu.

Beijing terus meningkatkan tindakan terhadap protes anti-pemerintah di wilayah semi-otonom yang disebut telah didanai oleh negara Barat, dengan memberi sedikit bukti di luar adanya pernyataan dukungan dari beberapa politisi Barat.

Baca juga: Ada Rencana Unjuk Rasa 3 Hari di Bandara Hong Kong, AS Tingkatkan Travel Advisory

Sementara itu, pihak partai Demosisto menyampaikan bahwa pihaknya mengkampanyekan lebih banyak penentuan nasib sendiri untuk Hong Kong, namun bukan kemerdekaan.

Tahun lalu, sebuah partai politik, Partai Nasional Hong Kong, telah dilarang oleh pemerintah China karena dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan.

Sebelumnya, pelarangan terhadap organisasi politik juga dilakukan pada 1997.

Hong Kong telah terjerumus ke dalam situasi krisis terburuk dalam sejarah setelah massa pengunjuk rasa pro-demokrasi turun ke jalan dan mulai kerap terlibat bentrokan dengan aparat keamanan.

Situasi tersebut awalnya dipicu aksi menentang Undang-Undang Ekstradisi yang kini telah ditangguhkan, namun gerakan telah berkembang menjadi menuntut reformasi demokrasi secara luas.

Pemerintah Beijing pada Selasa (6/8/2019) telah mengeluarkan peringatan keras terhadap para pengunjuk rasa di Hong Kong untuk tidak "bermain api".

Baca juga: China Ingatkan Pengunjuk Rasa Hong Kong Agar Tidak Bermain Api

Sebanyak 12.000 personel polisi anti-huru hara China juga telah memamerkan kekuatannya dengan menggelar latihan di dekat kota Shenzhen, yang berbatasan dengan Hong Kong.

Menurut Undang-Undang Dasar Hong Kong, pasukan dari China daratan dapat beroperasi di kota itu jika pemerintah setempat memintanya.

Otoritas Hong Kong juga dapat meminta bantuan pemerintah pusat dari garnisun di kota itu untuk membantu dalam pemeliharaan ketertiban umum dan situasi bencana.

PLA telah menempatkan garnisun di Hong Kong sejak penyerahan kembali wilayah itu dari Inggris ke pemerintah China pada 1997.

Meski kepolisian dari China daratan tidak diizinkan beroperasi di kota semi-otonom itu, menurut Pasal 18 pemerintah pusat dimungkinkan untuk secara efektif menangguhkan hukum Hong Kong jika terjadi "keadaan perang" atau "kekacauan" yang membahayakan keamanan dan persatuan nasional.

Baca juga: Unjuk Kekuatan, 12.000 Polisi China Ikuti Latihan Anti-Huru Hara di Perbatasan Hong Kong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com