WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) disebut mulai bangkit di tengah rencana Amerika Serikat (AS) menarik pasukan.
Pernyataan itu disampaikan lembaga pengawas Kementerian Pertahanan AS sekitar lima bulan sejak kelompok itu dinyatakan kalah setelah benteng terakhir mereka direbut.
Menurut Kantor Inspektur Jenderal seperti dilansir AFP Selasa (6/8/2019), ISIS disebut memanfaatkan kelemahan pada pasukan lokal untuk menguntungkan mereka.
Baca juga: Kemenlu Dalami Kabar Terbunuhnya WNI Anggota ISIS
"Meski kehilangan 'kekhalifahan teritorialnya', ISIS memperkuat kemampuan gerilyawan di Irak dan bangkit kembali di Suriah kuartal ini," demikian laporan itu.
Dalam laporan kantor pengawas, ISIS bisa kembali memperkuat kelompoknya karena tentara setempat antara lain tak bisa melaksanakan operasi jangka panjang.
Kemudian mereka juga tidak kuat jika harus menggelar misi jangka pendek secara simultan, maupun mempertahankan daerah yang mereka rebut sebelumnya.
Kebangkitan ISIS itu terjadi setelah AS menyelesaikan "penarikan parsial" dari Suriah, meski langkah itu mendapat sorotan dari komandan lapangan.
Pasalnya, milisi lokal yang didukung AS, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) masih butuh pelatihan dan dukungan peralatan demi menunjang misi kontra-terorisme.
Tahun lalu, Presiden Donald Trump mendeklarasikan kemenangan atas ISIS dan memerintahkan penarikan tentara. Kebijakan yang memicu pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis.
Baca juga: Seorang WNI Perempuan Anggota ISIS Ditemukan Terbunuh di Suriah
Penarikan itu hanya menyisakan sejumlah kecil personel militer di timur laut Suriah, daerah yang masih belum dikuasai rezim Bashar al-Assad.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.