WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menyalahkan video game dan penyakit jiwa sebagai penyebab dua penembakan massal yang menewaskan 31 orang.
Dalam pidatonya, presiden berusia 73 tahun itu mengumumkan rencana untuk menangkal insiden itu. Termasuk bekerja sama dengan media sosial untuk "mendeteksi" calon pelaku.
Trump tidak menyerukan reformasi senjata untuk menangkal dua penembakan massal yang terjadi di El Paso (Texas) dan Dayton (Ohio) dengan dua pelaku berusia 20-an.
Baca juga: Pelaku Penembakan Massal Texas Menuju Walmart karena Lapar
"Penyakit jiwa dan kebencian yang telah memicu pelatuknya. Bukan senjata," ujar Trump dalam pidatonya sebagaimana diberitakan Sky News Senin (5/8/2019).
Dia menyerukan adanya undang-undang yang mengidentifikasi individu dengan gangguan mental, dan menambahkan tak hanya harus dirawat. Namun juga dikurung.
Presiden ke-45 AS itu menyebut penembakan massal yang terjadi kurang dari 24 jam itu merupakan "perilaku barbar", dan "kejahatan terhadap kemanusiaan".
"Kami sangat muak dengan kejahatan yang mengerikan ini, kekejaman, kebencian, pertumpahan darah, dan teror di negara ini," kata presiden dari Partai Republik itu.
Trump juga menyerukan agar publik AS mengutuk rasisme, kefanatikan, dan supremasi kulit putih dan juga mengkritik adanya video game yang dianggapnya mengerikan.
Dia menyebut permainan itu sudah "merayakan kekerasan" dan mengkritik bagaimana generasi muda Negeri "Uncle Sam" bisa mendapatkannya secara mudah.
Suami Melania itu meminta kementerian kehakiman untuk bekerja bersama penegak hukum lokal dan media sosial untuk "mengidentifikasi" pelaku sebelum mereka menyerang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.