Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin: Jika AS Kembangkan Rudal Jarak Menengah, Rusia Juga Akan Melakukannya

Kompas.com - 06/08/2019, 09:15 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters

MOSKWA, KOMPAS.com - Kekhawatiran akan kembali terjadinya perlombaan persenjataan antara Amerika Serikat dengan Rusia mulai terlihat.

Hal itu tampak dari pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memperingatkan bahwa Moskwa siap untuk mulai mengembangkan rudal nuklir berbasis darat jarak pendek dan menengah, apabila AS mulai melakukannya.

Kekhawatiran itu muncul setelah runtuhnya Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) 1987 yang telah resmi ditinggalkan Washington pada Jumat (2/8/2019) pekan lalu.

Putin menggelar pertemuan dengan Dewan Keamanan pada Senin (5/8/2019), setelah memerintahkan menteri pertahanan dan luar negeri, serta dinas intelijen asing Rusia, SVR, untuk mengawasi dengan cermat setiap langkah AS dalam mengembangkan, memproduksi, atau menyebarkan rudal, yang sebelumnya dilarang berdasarkan perjanjian era Perang Dingin.

Baca juga: Mengenal INF, Perjanjian yang Bertujuan Mengurangi Nuklir AS dan Rusia

"Jika Rusia mendapatkan informasi yang terpercaya bahwa AS telah selesai mengembangkan sistem ini dan memulai produksinya, maka Rusia tidak memiliki pilihan selain terlibat dalam upaya skala penuh untuk mengembangkan rudal yang sama," kata Putin dalam sebuah pernyataan.

Putin mengatakan, persenjataan rudal udara dan laut milik Rusia, yang dikombinasikan dengan rudal hipersonik yang tengah dikembangkan bakal mampu mengimbangi setiap ancaman yang datang dari AS.

Putin juga menambahkan, perlunya Moskwa dan Washington untuk memulai kembali perundingan pengendalian senjata untuk mencegah pecahnya persaingan persenjataan yang tak terkendali.

"Untuk menghindari kekacauan tanpa aturan, batasan, atau hukum, kita perlu sekali lagi mempertimbangkan semua konsekuensi berbahaya dan memulai dialog serius dan bermakna yang bebas dari ambiguitas apa pun," kata Putin, dikutip Reuters.

Baca juga: Mengapa NATO Takut jika Perjanjian Nuklir antara AS dan Rusia Runtuh?

Sebelumnya diberitakan, Rusia telah menegaskan bakal mengambil langkah-langkah pertahanan diri apabila AS menempatkan rudalnya di wilayah Asia, pascaruntuhnya perjanjian nuklir jarak menengah era Perang Dingin.

"Jika penyebaran sistem (rudal) baru AS dimulai secara khusus si Asia, maka langkah-langkah yang sesuai untuk menyeimbangkan tindakan itu akan diambil oleh Rusia dengan tujuan menangkal ancaman tersebut," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov.

Jepang disebut bakal mendapatkan sistem peluncur rudal MK-41 buatan AS, untuk ditempatkan di wilayah negara mereka.

Hal itu diperkuat pernyataan Menteri Pertahanan AS Mark Esper, pada Sabtu (3/8/2019), yang mendukung rencana penempatan rudal jarak menengah buatan AS di wilayah Asia.

Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) merupakan pakta era Perang Dingin yang ditandatangani bersama antara AS dengan Rusia pada 1987.

Baca juga: Perjanjian Era Perang Dingin Runtuh, Begini Perbandingan Senjata Nuklir AS dan Rusia

Perjanjian tersebut melarang negara penanda tangan untuk memiliki maupun mengembangkan rudal berbasis darat yang mampu menjangkau jarak antara 500 hingga 5.500 kilometer.

Namun perjanjian itu berakhir setelah AS, yang menuding Rusia telah melanggar kesepakatan, mengumumkan secara resmi mundur dari pakta tersebut pada Jumat (2/8/2019) lalu.

Kesepakatan INF merupakan satu dari dua kesepakatan senjata utama antara Rusia dengan AS, yang membatasi pembuatan senjata oleh kedua negara sehingga pada akhirnya akan mencegah terjadinya perlombaan persenjataan.

Perjanjian lainnya, yakni New START mengatur persenjataan nuklir kedua negara untuk tetap berada jauh di bawah puncak saat Perang Dingin.

Kesepakatan itu berakhir pada 2021 dan ada sedikit keinginan dari AS dan Rusia untuk memperbaruinya.

Baca juga: Rusia Bakal Ambil Langkah Pertahanan Diri, Jika AS Tempatkan Sistem Rudalnya di Asia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com