Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu Iran: AS Bertindak Sendiri karena Sekutunya Terlalu "Malu"

Kompas.com - 05/08/2019, 18:17 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

TEHERAN, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuturkan, AS bertindak sendiri di Teluk karena sekutu negara itu terlalu "malu" untuk bergabung.

Zarif juga mengonfirmasi dia menolak tawaran untuk bertemu Presiden Donald Trump pada Juli lalu setelah Washington menjatuhkan sanksi kepadanya.

Baca juga: Iran Klaim Sita Kapal Tanker Asing yang Coba Selundupkan Minyak

"Hari ini, AS bertindak sendiri dan tidak bisa membuat koalisi. Negara yang menjadi sekutu mereka terlalu malu untuk bergabung," kata menlu 59 tahun dilansir AFP Senin (5/8/2019).

Dalam konferensi pers di ibu kota Teheran, Zarif menyatakan bahwa AS sendiri yang membuat situasi tegang dan panas dengan sengaja melanggar hukum.

Iran dan AS terlibat dalam ketegangan sejak Mei 2018 ketika Trump mengumumkan menarik diri dari perjanjian 2015 yang bertujuan mengurangi produksi nuklir mereka.

Tensi kemudian semakin memanas setelah Washington memulai kempanye "tekanan maksimal" kepada Iran yang dituduh menyerang kapal tanker dan drone di Teluk.

Di tengah krisis itu, Trump mengklaim dia membatalkan serangan udara di menit terakhir yang merupakan balasan setelah Iran menyatakan menghancurkan drone AS.

Kemudian pada Minggu (4/8/2019), negara tetangga Irak itu mengumumkan sudah menahan kapal tanker "asing" karena disebut menyelundupkan bahan baker.

Pernyataan yang disampaikan merupakan penahanan ketiga Iran dalam waktu kurang dari satu bulan di jalur perairan dunia yang begitu penting bagi perdagangan minyak.

Pada 18 Juli, Garda Revolusi Iran menyatakan mereka menangkap kapal berbendera Panama bernama Riah karena dituding menyelundupkan bahan bakar.

Sehari kemudian, mereka mempublikasikan kapal tanker asal Inggris Stena Impero ditangkap di Selat Hormuz dengan tuduhan "pelanggaran hukum maritim internasional'.

Sebagai respons atas insiden tersebut, Gedung Putih kemudian mengumumkan mereka bakal membentuk koalisi internasional dengan misi bernama Operation Sentinel.

Namun misi untuk menjamin kebebasaan navigasi tidak ditanggapi serius oleh negara Eropa yang khawatir mereka bakal terseret dalam konflik jika mengikuti AS.

Zarif melanjutkan, selama AS hadir di Teluk, maka situasi yang ada di sana tidak lebih dari "kekerasan, perang, dan pembantaian". "Seorang pembakar tak bisa jadi pemadam kebakaran," tukasnya.

Baca juga: Trump Hendak Undang Menteri Luar Negeri Iran ke AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com