Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 5 Cara China Menanggapi Unjuk Rasa dan Kerusuhan di Hong Kong

Kompas.com - 02/08/2019, 07:51 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

KOMPAS.com - Situasi ketegangan di Hong Kong yang terus meningkat sejak Juni lalu, berawal dari aksi menentang rencana perubahan Undang-Undang Ekstradisi.

Rancangan undang-undang yang memungkinkan dilakukannya ekstradisi dari Hong Kong ke China daratan mendapat penolakan dari sebagian besar penduduk kota semi-otonom itu.

Akan tetapi meski pemerintah Hong Kong telah menyatakan menangguhkan perubahan undang-undang kontroversial tersebut, gerakan anti-pemerintah tak kunjung reda, bahkan semakin meluas dengan menuntut dilakukannya reformasi demokrasi di Hong Kong.

Dalam aksi unjuk rasa beberapa hari terakhir, massa pengunjuk rasa kerap terlibat bentrokan dengan polisi anti-huru hara dan menambah ketegangan di kota.

Baca juga: Kerusuhan Hong Kong, Berawal dari Protes UU Ekstradisi hingga Protes Anti-Triad

China, sebagai pemerintah pusat yang berkuasa atas Hong Kong di bawah prinsip satu negara dua sistem, akhirnya mengambil tindakan.

Berikut sejumlah cara yang diambil pemerintah China menghadapi situasi kerusuhan di Hong Kong:

1. Peringatkan AS dan Inggris Agar Tak Ikut Campur

Pemerintah China mengecam pihak asing yang dianggap telah mencampuri urusan Hong Kong terkait insiden bentrokan dan penyerangan terhadap massa pengunjuk rasa pro-demokrasi.

Kecaman tersebut ditujukan Beijing, khususnya kepada Amerika Serika dan Inggris, yang berkomentar prihatin atas insiden pemukulan terhadap pengunjuk rasa dan warga di stasiun MRT, pada Minggu (21/7/2019) lalu.

Inggris dan AS juga mengkritik pengikisan kebebasan yang terjadi di kota semi-otonom itu. Namun keprihatinan dan kritik dari pihak asing itu direspons secara negatif oleh otoritas China.

"China tidak akan mentolerir kekuatan asing yang campur tangan dalam urusan Hong Kong. China juga tidak akan membiarkan kekuatan asing mengganggu Hong Kong," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dalam konferensi pers singkat, Selasa (23/7/2019).

Baca juga: Beijing Peringatkan AS dan Inggris Tak Turut Campur Urusan Hong Kong

2. Sebut Pelaku Kerusuhan Tidak Bisa Ditoleransi

Pemerintah China bereaksi keras terhadap aksi unjuk rasa anti-pemerintah yang telah merusak dinding kantor perwakilan mereka di Hong Kong dan mencorat-coret lambang nasional.

Beijing juga menyebut para pengunjuk rasa sebagai perusuh dan telah melakukan hal yang tidak dapat ditoleransi.

"(Tindakan) ini... telah secara serius merusak perasaan seluruh rakyat China, termasuk tujuh juta rekan senegaranya di Hong Kong," ujar Wang Zhimin, utusan utama Beijing yang menyerukan kepada pihak berwenang untuk mengejar "para perusuh".

Baca juga: China Sebut Unjuk Rasa di Hong Kong Dilakukan Perusuh dan Tak Bisa Ditoleransi

3. Siap Tempatkan Pasukan Jika Diminta Pemerintah Hong Kong

China memperingatkan bisa menempatkan pasukan jika mendapat permintaan dari pemerintah Hong Kong dalam upaya mempertahankan ketertiban umum.

Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian dalam konferensi pers menjelaskan bahwa pemerintah pusat terus memantau situasi di Hong Kong.

Ditanya cara mereka menangani situasi, Wu mencatat telah ada "ketentuan yang jelas" dalam aturan perundang-undangan garnisun Hong Kong.

Dalam undang-undang itu disebutkan pemerintah Hong Kong bisa meminta bantuan garnisun atau pasukan demi "mempertahankan ketertiban umum".

Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) telah mendirikan garnisun di Hong Kong sejak 1997, setelah wilayah itu dikembalikan oleh Inggris ke China. Namun, pasukan itu jarang terlihat di hadapan publik.

Baca juga: China Bisa Tempatkan Pasukan Padamkan Aksi Protes Hong Kong jika...

4. Merilis Video Propaganda Latihan Militer China

Militer China merilis sebuah video propaganda yang memperlihatkan latihan pasukan bersenjata dalam menanggapi aksi unjuk rasa.

Video berdurasi tiga menit itu diunggah ke media sosial pada Rabu (31/7/2019), di tengah ketegangan yang meningkat di Hong Kong, menyusul serangkaian aksi unjuk rasa massa pro-demokrasi yang berulang kali berakhir ricuh.

Dalam video turut ditampilkan aksi pasukan PLA yang menggunakan helikopter, peluncur roket, tank, serta perangkat keras militer lainnya.

Video yang diunggah pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di Hong Kong itu disertai keterangan yang menyatakan "kepercayaan diri" dan "kemampuan" untuk menjaga keamanan di kota semi-otonom di selatan daratan China.

"Kami percaya diri dan mampu mempertahankan kedaulatan nasional, keselamatan, kepentingan pembangunan, dan menjaga kemakmuran dan stabilitas Hong Kong dalam jangka panjang," tulis keterangan video.

Baca juga: Militer China Rilis Video Propaganda Latihan Menghadapi Aksi Unjuk Rasa

5. Tegaskan Siap Melindungi Kedaulatan di Hong Kong

Komandan garnisun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Hong Kong, Chen Daoxiang menyampaikan bahwa bentrokan kekerasan tidak seharusnya ditoleransi dan bahwa tentara bertekad untuk melindungi kedaulatan China.

"Baru-baru ini, ada serangkaian insiden yang sangat kejam terjadi di Hong Kong. Hal itu telah merusak kemakmuran dan stabilitas kota, dan menantang aturan hukum dan ketertiban sosial."

"Insiden itu telah mengancam kehidupan dan keselamatan warga Hong Kong secara serius, dan melanggar dasar dari 'satu negara, dua sistem'," kata Chen.

"Kami dengan tegas mendukung tindakan mempertahankan aturan hukum Hong Kong oleh orang-orang yang mencintai bangsa dan kota."

"Kami bertekad untuk melindungi kedaulatan nasional, keamanan, stabilitas dan kemakmuran Hong Kong," kata Chen.

Baca juga: Militer China di Hong Kong Tegaskan Siap Melindungi Kedaulatan Beijing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com