Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Pernikahan Charles-Diana 38 Tahun Lalu, Perangko Khusus hingga Kado dari Soeharto

Kompas.com - 29/07/2019, 15:20 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pesta pernikahan Pangeran Charles dengan Lady Diana Spencer menjadi perhatian dunia pada 1981.

Pernikahan keduanya digelar pada 29 Juli 1981. Ada sejumlah kisah yang mengiringi cerita pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana.

Kisah itu di antaranya, perangko khusus, hingga hadiah peralatan makan dari perak yang merupakan kado Presiden Soeharto atas nama Pemerintah Indonesia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 29 Juli 1981, Pangeran Charles dan Putri Diana Menikah

Berikut sejumlah kisah menarik pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana, dirangkum Kompas.com dari pemberitaan Harian Kompas berikut ini:

Diiringi murid hingga tulisan pada tutup botol susu

Pada pernikahannya, Lady Diana yang sebelumnya berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak diiringi oleh salah seorang muridnya, Clementine Hambro, yang pada waktu itu berusia 5 tahun.

Hambro merupakan salah satu murid Diana yang juga buyut dari Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill.

Cerita unik juga datang dari pihak Istana Buckingham.

Untuk menyemarakkan acara, para pejabat istana memutuskan seluruh botol susu di Inggris diberi tutup berwarna hitam perak.

Menurut pemberitaan Harian Kompas, 26 April 1981, pada bagian atas botol tertera tulisan selamat untuk Charles dan Diana.

Baca juga: Serba-serbi Rambut Putri Diana yang Jadi Primadona pada Zamannya

Selain itu, acara ini juga diramaikan dengan larangan memproduksi kaos bergambar Charles dan Diana.

Arsip pemberitaan Harian Kompas, 10 April 1981, menuliskan, seluruh pabrik t-shirt di Inggris dilarang memproduksi kaus suvenir pernikahan Kerajaan, khususnya yang mengggambarkan wajah kedua mempelai.

Perangko khusus dan cerita gaun sutra

Perangko bergambar Pangeran Charles dan Putri Diana diproduksi menjelang pernikahannya yang berlangsung pada 29 Juli 1981.Shutterstock Perangko bergambar Pangeran Charles dan Putri Diana diproduksi menjelang pernikahannya yang berlangsung pada 29 Juli 1981.
Kantor Pos Inggris juga turut menyemarakkan acara dengan mengeluarkan perangko baru bergambar kedua mempelai.

Dikutip dari arsip Harian Kompas, 14 Juni 1981, perangko ini dikeluarkan seminggu sebelum pernikahan Charles-Diana.

Gambar dalam perangko itu karya dari Jeffrey Matthews berdasarkan foto karya Lord Snowdon. Adapun, harga seri perangko khusus itu masing-masing sebesar 14 dan 15 pence.

Cerita menarik juga datang dari gaun pengantin Diana.

Gaun rancangan desainer David dan Elizabeth Emmanuel ini terbuat dari sutra taffeta.

Harian Kompas, 21 Juni 1981, memberitakan, bahan baku sutra didatangkan langsung dari perkebunan sutra satu-satunya di Inggris.

Perkebunan yang berada di Desa Lullingston, Dorset itu secara diam-diam ternyata telah mengumpulkan berton-ton daun marbei guna menggemukkan ulat-ulat sutra.

Baca juga: Sederet Pria yang Pernah Dikencani Putri Diana Selain Pangeran Charles

"Kami memang sudah menduga sebelumnya, kemungkinan akan adanya perkawinan keluarga kerajaan sebentar lagi, jadi kami bersiap-siap memproduksi secara khusus sejumlah besar kepompong pada musim panen tahun lalu," ucap Direktur Perkebunan, Gooden.

Gooden melanjutkan, setelah pengumuman pertunangan, pihaknya menulis surat secara khusus dan menawarkan kain sutra milik perkebunannya.

Setelah desas-desus mengenai gaun sang putri menjadi jelas, para petani mulai meningkatkan produksi mereka untuk persiapan acara tersebut.

Akan tetapi, masalahnya, ulat-ulat sutra itu hanya menginginkan daun murbei.

Sementara, untuk membuat sutra khusus bagi baju pengantin Diana dibutuhkan jumlah daun yang sangat banyak.

Sebagai perbandingan, untuk setiap 28 gram telur membutuhkan 907 daun murbei guna membantu pembentukankepompong.

Baca juga: Inikah Faktor yang Membuat Putri Diana Yakin Bercerai?

Sedangkan untuk membuat sepasang kaus kaki panjag dibutuhkan sekitar 200 kepompong.

Kemudian, untuk membuat sebuah kemeja diperlukan 600 kepompong ulat sutra.

Untuk memenuhi target ini, penduduk desa pun lalu dibantu oleh penduduk Desa Sherbone untuk mengumpulkan 20 karung daun murbei dalam sehari.

Dengan menggunakan bahan sutra dari desa ini, Diana melanjutkan tradisi yang sudah berusia 45 tahun.

Foto keluarga yang diambil sesaat setelah pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana berlangsung.AFP Foto keluarga yang diambil sesaat setelah pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana berlangsung.
Indonesia kirim kado dan Presiden Gambia digulingkan

Indonesia sendiri juga turut meramaikan gelaran akbar itu. Disebutkan, saat itu Presiden Soeharto memberikan hadiah khusus bagi kedua mempelai.

Dikutip dari Harian Kompas, 29 Juli 1981, Pesiden Soeharto atas nama Pemerintah dan Rakyat Indonesia, memberikan kado berupa seperangkat alat makan yang merupakan hasil karya para perajin perak Yogyakarta.

Hadiah ini diserahkan ke Duta Besar RI untuk Inggris waktu itu, Saleh Basarah, yang ditugaskan menghadiri pernikahan Charles-Diana di Istana Buckingham.

Pesta pernikahan pewaris tahta Kerajaan Inggris tersebut juga menyisakan kisah lainnya.

Pesta pernikahan Pangeran Charles dan Diana ternyata menjadi akhir dari kepemimpinan Presiden Gambia, Sir Dawda Jawarda.

Kala menghadiri acara sakral itu, Jawarda dikudeta tepat pada Rabu malam, 29 Juli 1981.

Dilansir dari Harian Kompas, 31 Juli 1981, beberapa orang tewas dalam kudeta yang dipimpin oleh Kukli Samba Anyang. Ketika itu, kudeta dipimpin oleh pasukan kepolisian berkekuatan 500 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com