Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunjuk Rasa dan Polisi Hong Kong Bentrok di Dekat Kantor Penghubung Beijing

Kompas.com - 29/07/2019, 08:44 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

HONG KONG, KOMPAS.com - Aksi demonstrasi menentang pemerintah Hong Kong kembali ricuh, Minggu (28/7/2019), dengan polisi anti-huru hara menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah massa pengunjuk rasa.

Ini menjadi bentrokan yang terjadi selama dua hari berturut-turut setelah sebelumnya terjadi saat aksi protes di kawasan pinggiran Yuen Long, utara Hong Kong, pada Sabtu (27/7/2019).

Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa pengunjuk rasa pro-demokrasi yang menggelar aksinya di dekat kantor Beijing di Hong Kong.

Kelompok massa dengan sekitar 200 orang itu berjalan menuju Kantor Penghubung Beijing di distrik Sheung Wan, di mana para pengunjuk rasa telah dicegat oleh polisi anti-huru hara.

Baca juga: Unjuk Rasa Anti-Triad di Hong Kong Berakhir Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

Polisi yang menyebut aksi tersebut ilegal, karena telah mengeluarkan larangan, menyerukan kepada pengunjuk rasa untuk membubarkan diri.

Namun massa menolak membubarkan diri dan memaksa polisi mengambil tindakan tegas dengan menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah pengunjuk rasa.

Massa demonstran pun merespons dengan melempar batu ke arah polisi anti-huru hara.

Massa pengunjuk rasa yang lebih besar juga dilaporkan berkumpul di distrik Causeway Bay, di mana mereka membangun barikade dan mengambil alih jalan utama, dengan kehadiran polisi yang lebih sedikit.

Menurut saksi mata, pasukan anti-huru hara yang disebut sebagai regu "Raptor" menahan sejumlah pengunjuk rasa, dengan beberapa lainnya mengalami luka, termasuk dua orang wartawan.

Aksi demonstrasi berakhir sekitar pukul 23.30 malam, setelah para pengunjuk rasa secara terkoordinasi bergegas mundur ke stasiun kereta bawah tanah terdekat.

Baca juga: Penuhi Bandara, 1.000 Demonstran Teriakkan Bebaskan Hong Kong

Kantor Penghubung Beijing di Sheung Wan, pada pekan lalu, juga sempat menjadi sasaran pengunjuk rasa, yang melemparkan telur dan mencorat-coret dengan cat.

"Sejumlah pengunjuk rasa yang radikal telah bertindak keras, mengancam keselamatan petugas polisi dan juga masyarakat," kata pemerintah Hong Kong dalam pernyataannya, Senin (29/7/2019) pagi.

Hong Kong telah terjerumus dalam krisis terburuk dalam sejarah sejak munculnya aksi unjuk rasa menentang RUU Ekstradisi, yang ditegaskan pemerintah telah ditangguhkan.

Namun gerakan tersebut kini berkembang menjadi aksi menuntut reformasi demokrasi yang lebih luas.

Bentrokan beberapa kali terjadi antara pengunjuk rasa dengan aparat polisi anti-huru hara, salah satunya pada Sabtu (27/7/2019) di Yuen Long.

Sebelumnya, aksi kekerasan juga menimpa sejumlah pengunjuk rasa yang diserang sekelompok orang tak dikenal yang mengenakan kaus putih dan membawa tongkat, di stasiun MRT di Yuen Long, pada 21 Juli.

Baca juga: Polisi Gunakan 55 Kaleng Gas Air Mata Bubarkan Massa Unjuk Rasa di Hong Kong

Sebanyak 45 orang dilaporkan terluka dan harus mendapat perawatan di rumah sakit akibat serangan tersebut, yang diduga dilakukan kelompok triad dan memicu aksi protes.

Anggota parlemen pro-demokrasi Claudia Mo mengatakan, Hong Kong saat ini telah terjebak di tengah "lingkaran kekerasan", dengan aksi damai telah diabaikan oleh pemerintah dan berakhir dengan bentrokan kekerasan dengan aparat kepolisian.

"Anda melihat kekuatan meningkat pada kedua pihak. Tapi kemudian terjadi ketidakseimbangan yang sangat besar karena polisi memiliki senjata mematikan. Inilah yang terjadi di Hong Kong hari ini," katanya kepada AFP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com