Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Korban yang Terlupakan dari Perang Tertinggi di Dunia

Kompas.com - 26/07/2019, 13:40 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC

Ribuan personel pasukan paramiliter Infantri Ringan Utara, yang berasal dari wilayah Gilgit-Baltistan dan amat ahli dalam pertempuran di dataran tinggi, dikirim di musim di gin untuk menduduki pos militer India yang kosong di bulan-bulan penuh salju di Himalaya.

Pasukan ini kemudian memperkuat posisi di ketinggian antara 2.000 hingga 6.000 meter di atas permukaan laut.

Posisi ini membuat mereka bisa mengawasi jalan raya Srinagar-Leh, sebuah jalur logistik utama untuk pasukan yang berada di gletser Siachen yang diduduki India sejak 1984.

Pakistan ingin memnutus pasokan logistik militer India ke Siachen, sehingga menimbulkan kerugian besar dan memaksa India untuk mengosiasikan masalah Kashmir sesuai dengan ersyaratan yang diajukan Pakistan.

Apalagi setahun sebelumnya Pakistan baru saja melakukan uji coba senjata nuklir. Sehingga, para jenderal Pakistan berharap India akan melunak di bawah ancaman nuklir.

Namun, India menyerang balik dengan mengirimkan pasukan infanteri dan serangan udara yang segera mengubah situasi menjadi konflik bersenjata berkskala penuh antara kedua negara sejak 1971.

Pada pertengahan Juni, posisi Pakistan mulai goyah dan dunia intrnasional mendesak agar Islamabad menarik mundur pasukannya.

Pada 26 Juli 1999, India kembali menguasai dataran tinggi Kargil dengan kehilangan sekitar 500 orang tentara. Sedangkan di sisi Pakistan jumlah tentara yang tewas antara 400-4.000 orang.

Selain itu, setelah PM Pakistan Nawqaz Sharif mengumumkan gencatan senjata, dua bulan kemudian pemerintahannya digulingkan militer.

Di sisi lain, sekitar 20.000 orang warga Lembah Kharmang masih menjadi pengungsi, 20 tahun setelah perang berakhir.

"Ini akibat buruknya program rehabilitasi pemerintah karena tangan mereka sudah dikuasai militer," kata Wazir Farman, seorang pengacara anggota Komisi Independen HAM Pakistan (HRCP).

Sehingga tak aneh jika warga yang menjadi korban perang Kargil merasa diabaikan pemerinatah.

"Saya tak punya uang untuk memperbaiki rumah sai perang," ujar Ghulam Mohammad.

"Tanah juga menjadi gersang dan sejak saya kehilangan sebagian besar tetangga, tak ada cukup tenaga untk mengolah tanah," tambah dia.

Sedangkan Zainab Bibi punya alasan lain untuk tak kembali ke desanya, meski orangtua dan beebrapa kerabatnya memilih pulang.

Seama beberapa tahun ini, suami Zainab sudah mampu membeli rumah dan menyekolahkan keempat anaknya di Islamabad.

"Kami sudah melalui hidup yag berat dan kini kami sudh mendapat yang terbaik. Kami berterima kasih keoada Tuhan," ujar Zainab.

"Saya terkadang merindukan Ganokh, tetapi tempat anak-anak saya adalah di Islamabad, tempat kami tinggal,' dia menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com