Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Ekstrem Dingin dan Panas Rusak Tanaman di Bandung, Petani Terancam Merugi

Kompas.com - 19/07/2019, 17:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Dua suhu ekstrem yang kontras melanda wilayah Bandung, Jawa Barat, dalam beberapa hari terakhir ini. 

Di Pengalengan, petani kopi terancam gagal panen akibat suhu dingin ekstrem. Sementara, di Ciwaruga, ribuan tanaman sayuran mati akibat tersengat suhu panas yang ekstrem.

Suhu dingin ekstrem memunculkan embun es dan membuat pertumbuhan tanaman kopi terhambat, khususnya bibit kopi.

Menurut Supriatna Dinuri, salah satu petani kopi, pucuk-pucuk kopi muda berubah menghitam seperti terbakar.

"Khusus untuk tanaman kopi itu menyebabkan pucuk-pucuk kopi khususnya pucuk kopi muda di daerah-daerah yang terbuka, kena dan dampaknya pucuk itu hitam seperti terbakar. Dampaknya ya pertumbuhan terhambat, jadi kondisi tanaman itu seperti bonsai," katanya, seperti dilansir dari BBC News Indonesia, Jumat (19/7/2019).

Baca juga: Suhu Dingin di Bandung 15,4 Derajat, di Lembang 13 Derajat, Ini Penjelasan BMKG

Supriatna menjelaskan, situasi tersebut memang tidak mengancam panennya tahun ini. Namun, jika situasi suhu dingin di Bandung itu terus berlanjut hingga September tahun 2020, maka proses pembungaan bibit kopi akan gagal. Petani pun terancam gagal panen. 

Sementara itu, situasi berbeda dialami oleh Asep Sutarta, salah petani sayuran di Desa Ciwaruga, Bandung Barat, yang berjarak 60 kilometer dari Pengalengan.

Sebanyak 15.000 hingga 20.000t tanaman sayuran miliknya mati setelah diterjang suhu panas ekstrem akhir-akhir ini. 

"Kalau siang panasnya terlalu menyengat, otomatis kalau disiram langsung kering. Banyak yang mati," katanya.

Baca juga: Suhu Dingin di Jimbaran Bali Capai 19 Derajat Celsius, Wayan Harus Mandi Air Hangat

Menurut Mulyono R. Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, suhu dingin dan kering ini berasal dari Australia yang sedang mengalami musim dingin atau sering disebut monsun dingin.

Aliran monsun dingin ini sebelumnya telah melewati wilayah NTT dan Jawa Tengah. Dampaknya, pada di siang hari suhu dapat menjadi sangat panas. Sedang di malam hari menjadi sangat dingin.

"Namun saat malam hari, bumi bergantian melepaskan panas (ke atmosfer). Kondisi demikian menyebabkan suhu di permukaan menjadi turun," ujar Mulyono.

Pemerintah daerah beri bantuan pompa air

Sementara itu, pemerintah daerah setempat juga telah mengerahkan bantuan alat pompa air untuk membantu para petani yang terdampak suhu ekstrem.

"Ini sudah banyak mengerahkan bantuan alat pompa. Terutama daerah-daerah yang memerlukan air, pompa sudah disebar," kata Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultural Jawa Barat, Hendi Jatnika.

Hendi juga menyarankan kepada para petani yang berada di daerah yang sulit untuk mendapatkan air untuk tidak melakukan areal penanaman baru karena kemarau berdasarkan informasi BMKG sampai dengan Oktober.

Tak perlu dikhawatirkan

Menurut Edvin Aldrian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, fenomena suhu ekstrem dingin di Bandung pada musim kemarau ini tidak akan bertahan lama di suatu tempat, sehingga tak perlu terlalu dikhawatirkan.

"Memang fenomena ini akan seminggu, dua minggu puncaknya. Seperti kita lihat lah, Dieng itu kan sebulan yang lalu," papar Edvin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com