Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Koma Usai Ditendang Senior saat Perpeloncoan, Remaja di Thailand Tewas

Kompas.com - 18/07/2019, 21:24 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

BANGKOK, KOMPAS.com - Kasus perpeloncoan di lembaga-lembaga negara di Thailand kembali menelan korban jiwa.

Seorang siswa sekolah menengah di Thailand, yang sempat jatuh koma akibat tindak kekerasan teman-teman sekolahnya, meninggal dunia, pada Kamis (18/7/2019).

Ritual perpeloncoan yang secara umum disebut SOTUS, atau senioritas (seniority), ketertiban (order), tradisi (tradition), persatuan (unity), dan semangat (spirit), telah dianggap sebagai hal biasa di kampus, sekolah kejuruan, sekolah menengah, bahkan akademi militer, yang digelar setiap tahun.

Para siswa yang lebih muda itu kerap diwajibkan menjalani ujian mental dan fisik yang ditetapkan oleh kakak tingkat mereka, mulai dari hal-hal remeh seperti membawa barang-barang milik senior, hingga yang menyebabkan cedera parah, bahkan dalam kasus ekstrem, berujung pada kematian.

Baca juga: Filipina Ancam Pelaku Perpeloncoan dengan Hukuman Penjara Seumur Hidup

Kasus terakhir yang berakhir fatal dialami seorang bocah laki-laki berusia 15 tahun di provinsi Nakhon Pathom.

Pathom dilaporkan diserang pada akhir bulan lalu oleh tiga seniornya, yang diduga menendangnya dengan keras pada bagian dada hingga menyebabkan remaja itu jatuh koma.

Namun polisi mengonfirmasi remaja itu telah meninggal pada Kamis (18/7/2019) dan ketiga senior yang didakwa telah melakukan penyerangan akan menghadapi tuduhan yang lebih serius.

Letnan kolonel polisi Pinyo Musiksan mengatakan, dakwaan yang dijatuhkan kepada ketiganya termasuk "niat untuk membunuh". Demikian dilansir AFP.

Dua di antara senior itu akan diadili di pengadilan remaja karena masih berusia di bawah 18 tahun. Ketiganya telah dibebaskan dengan jaminan.

Sebuah kelompok anti-perpeloncoan mencatat rata-rata terjadi 250 kasus perpeloncoan di lembaga-lembaga pendidikan Thailand setiap tahun, namun hanya kasus terberat yang muncul ke permukaan.

Kasus serupa juga turut menjadi permasalahan di angkatan bersenjata Thailand, di mana para rekrutan muda diduga mendapat perlakuan keras dan dilecehkan oleh atasan mereka di akademi militer.

Baca juga: Jenazah Calon Tentara Dikembalikan dengan Otak dan Jantung Hilang

Pada 2017, kasus meninggalnya seorang kadet tentara berusia 18 tahun menarik perhatian nasional setelah pihak keluarga menemukan bahwa sejumlah organ dalam putra mereka telah dikeluarkan dari tubuh.

Sementara pihak militer cuci tangan dari tuduhan kesalahan dengan tetap berpegang pada penjelasan awal bahwa siswa akademi militer tahun pertama itu meninggal karena gagal jantung.

Pemerintahan Thailand juga baru saja mengakhiri pemerintahan militernya dan beralih ke demokrasi, setelah Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha melepas jabatan sebagai kepala pemerintahan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com