Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Jiwa Capai 1.000 Orang, PBB Desak Gencatan Senjata di Libya

Kompas.com - 06/07/2019, 14:53 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

TRIPOLI, KOMPAS.com - Dewan Keamanan PBB mendesak kepada pihak-pihak yang berseteru di Libya untuk segera menyepakati gencatan senjata, menyusul laporan yang menyebut jumlah korban tewas telah mencapai 1.000 orang.

Konflik di Libya kembali terjadi sejak April lalu saat pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang setia pada Jenderal Khalifa Haftar mulai melancarkan serangan untuk merebut ibu kota Tripoli dari pemerintah kesepakatan nasional (GNA) yang diakui internasional.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), korban akibat konflik di ibu kota Libya yang dilancarkan pasukan Haftar telah mencapai hampir 1.000 orang tewas dan 5.000 lainnya luka-luka.

Baca juga: Pasukan Haftar Akui Lancarkan Serangan Udara ke Kamp Migran di Libya

Pertempuran selama hampir tiga bulan itu telah memaksa lebih dari 100.000 orang mengungsi dan mengancam akan menjerumuskan Libya ke dalam konflik yang lebih dalam.

Pasukan LNA yang menguasai Libya timur dan sebagian besar wilayah selatan negara itu terakhir melancarkan serangan udara pada Selasa (2/7/2019) malam, yang menghantam kamp penampungan migran dan menewaskan 53 orang serta melukai sekitar 100 orang lainnya.

Dewan Keamanan PBB mengecam serangan terhadap kamp migran di Tajoura tersebut dan menekankan perlunya semua pihak untuk tidak memperburuk situasi dan berkomitmen untuk gencatan senjata.

Desakan untuk mengakhiri konflik juga disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mendukung pemerintah GNA dan menyebut serangan yang dilancarkan pasukan Haftar tidak sah.

Serangan yang menghancurkan kamp penampungan migran di Tajoura menjadi titik di mana badan-badan PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan menyuarakan keprihatinan atas nasib ribuan migran dan pengungsi yang kini berada di pusat-pusat penampungan di dekat ibu kota.

Sekjen PBB Antonio Guterres telah menyatakan kemarahannya atas serangan itu dan mengatakan PBB telah berbagi koordinat pusat penampungan dengan pihak yang bertikai untuk melindungi warga sipil.

"Pembantaian di Tajoura adalah sebuah tragedi yang seharusnya tidak perlu terjadi," kata Charlie Yaxley, juru bicara badan pengungsi PBB.

Baca juga: Serangan Udara Hantam Kamp Migran di Libya, Hampir 40 Orang Tewas

Libya telah dilanda kekerasan dari pemberontakan sejak 2011, yang menentang diktator Moamar Kadhafi. Meski demikian negara itu masih menjadi jalur utama bagi para migran yang ingin mencapai wilayah Eropa.

Kelompok-kelompok HAM mengatakan, para migran menghadapi pelanggaran mengerikan di Libya, dan nasib mereka semakin buruk sejak Haftar melancarkan serangan terhadap Tripoli.

Menurut PBB, sekitar 5.700 pengungsi dan migran masih ditempatkan di pusat-pusat penampungan migran di Libya, dengan 3.300 di antaranya rentan terhadap pertempuran di dan sekitar Tripoli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com