WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan mereka bisa melakukan balasan sangat keras jika Iran melancarkan serangan.
Dalam serangkaian kicauannya di Twitter Selasa (25/6/2019), Trump menyebut para pemimpin Iran tidak memahami kata "kasih sayang" serta "kebanggaan", dan hanya paham "kekuatan".
Dia menyebut rakyat Iran menderita karena para pemimpinnya hanya menghabiskan uang untuk mendanai terorisme dan tidak di sektor kehidupan lainnya.
Baca juga: Terkait Sanksi Baru Terhadap Iran, Rusia Sebut AS Gegabah
Seperti diwartakan Sky News, Trump mengomentari ucapan Presiden Iran Hassan Rouhani yang mengejek Gedung Putih "menderita keterbelakangan mental".
"Pernyataan Iran yang sangat menghina dan terkesan mengacuhkan ini menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak memahami kenyataan yang terjadi," kata Trump.
"Setiap serangan terhadap orang Amerika bakal dibalas dengan pasukan yang dahsyat. Dengan kata lain, dahsyat berarti lenyap. Tidak akan ada lagi John Kerry dan Obama!" lanjutnya.
....Iran’s very ignorant and insulting statement, put out today, only shows that they do not understand reality. Any attack by Iran on anything American will be met with great and overwhelming force. In some areas, overwhelming will mean obliteration. No more John Kerry & Obama!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 25, 2019
Ejeken yang dilontarkan Rouhani itu terjadi setelah Trump mengumumkan sanksi terhadap pejabat Iran. Termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei Senin (24/6/2019).
Rouhani menyatakan sanksi yang dijatuhkan Washington kepada Khamenei sebagai aksi yang "keterlaluan sekaligus idiot", dan sekaligus sia-sia.
Kementerian Luar Negeri Iran melalui juru bicara Abbas Mousavi menuturkan pemberian sanksi itu membuat AS sudah menutup "jalur diplomasi" di antara mereka.
Trump mengatakan awalnya sanksi itu dijatuhkan sebagai balasan setelah drone pengintai mereka ditembak pasukan Garda Revolusi Iran di Selat Hormuz pekan lalu.
Namun dia mengklarifikasi dan menegaskan sanksi itu dijatuhkan karena berbagai perkembangan situasi kawasan terlepas dari jatuhnya drone Global Hawk itu.
Iran mengklaim drone AS itu dijatuhkan karena melanggar kawasan udara mereka dan didukung Rusia. Sementara AS menyanggah dan menyatakan drone itu jatuh di perairan internasional.
Penasihat Nasional AS John Bolton berujar Teheran masih diberi kesempatan untuk berdialog dengan AS. "Yang perlu mereka lakukan adalah melewati pintu itu," katanya.
Baca juga: Iran: Islam Melarang Kami Memproduksi Senjata Nuklir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.