Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/06/2019, 21:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran melalui Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif menegaskan bahwa negaranya tidak berniat memproduksi senjata nuklr seperti yang dituduhkan Amerika Serikat (AS).

Sejak lama, Iran bersikeras bahwa secara ideologi, mereka tidak menghendaki mencari senjata nuklir, dan hanya menginginkan nuklir guna kepentingan rakyatnya.

Zarif kemudian mengambil contoh ketika AS menggunakan senjata nuklir dalam perang dan komentar Presiden Donald Trump tentang keputusannya menarik serangan militer.

Baca juga: Negaranya Berselisih dengan AS, Menteri Iran Ini Justru Setuju dengan Trump

Serangan yang sedianya dilaksanakan pada pekan lalu itu awalnya merupakan balasan setelah Iran menembak jatuh drone pengintai mereka beberapa hari sebelumnya.

Namun dalam kicauannya di Twitter, Trump mengungkapkan dia memutuskan membatalkan serangan 10 menit sebelumya setelah menerima laporan bahwa 150 orang bakal tewas.

"Anda benar-benar khawatir dengan 150 orang? Berapa orang yang bakal mati jika Anda menggunakan senjata nuklir? Berapa generasi bakal terhapus karena senjata ini?" tanya Zarif.

"Kami, karena pandangan dari agama kami (Islam), melarang kami untuk memproduksi senjata nuklir," lanjut Zarif seperti dikutip The Guardian Selasa (25/6/2019).

Komentar Zarif ini terjadi sehari setelah Trump mengumumkan sudah meneken perintah eksekutif untuk menjatuhkan sanksi kepada sejumlah petinggi Iran.

Selain Zarif, sanksi itu juga dijatuhkan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dan delapan komandan pasukan elite Garda Revolusi.

Dalam konferensi pers, Trump menjelaskan sanksi itu dijatuhkan kepada Khamenei karena dia dituduh bertanggung jawab atas "sikap permusuhan" yang ditunjukkan Iran.

Karena itu, Trump menuturkan sanksi bakal mencegah Khamenei maupun rezimnya untuk mendapatkan akses utama kepada sumber finansial maupun dukungan.

"Iran tidak akan bisa mendapatkan senjata nuklir. Mereka adalah negara pendukung terorisme nomor satu di berbagai tempat di dunia ini," beber Trump.

Presiden Hassan Rouhani dalam siaran langsung televisi menyatakan sanksi itu "keterlaluan dan idiot", serta mengejek Washington menderita "keterbelakangan mental".

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi menuturkan kebijakan AS untuk menjatuhkan sanksi telah menutup pintu diplomasi kedua negara.

"Pemerintahan Trump telah menghancurkan segala mekanisme internasional yang dikukuhkan untuk menjaga keamanan dan perdamaian," kata Mousavi di Twitter.

Baca juga: Iran: Sanksi AS kepada Pemimpin Tertinggi Kami Sia-sia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com