Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keok Dua Kali di Istanbul, Pesona dan Pengaruh Erdogan Memudar?

Kompas.com - 24/06/2019, 21:03 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

ISTANBUL, KOMPAS.com – Dua kali. Itulah kekalahan menyakitkan yang harus diterima Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istanbul, kota yang melesatkan namanya di kancah politik Turki.

Binali Yildirim, calon dari partai yang dipimpinnya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) kalah dalam pemilu ulang wali kota di Istanbul.

Yildirim kalah dari kandidat oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) Ekrem Imamoglu dalam pemilu ulang yang diselenggarakan Minggu (23/6/2019).

Surat kabar Karar menyebut hasil ini sebagai "Gempa Bumi Politik".

Baca juga: Pemilu Ulang Wali Kota di Istanbul, Partai Erdogan Kalah Lagi

Titik Jenuh Era Erdogan

Kekalahan ini memberi sinyal bahwa sosok Erdogan yang telah berkuasa selama 16 tahun, 11 tahun sebagai perdana menteri dan lima tahun sebagai presiden, tidak lagi tak terkalahkan.

Nama Imamoglu langsung disebut sebagai rising star serta digadang-gadang sebagai calon kuat oposisi untuk menantang Erdogan dalam pemilihan presiden (pilpres) 2023 nanti.

Kejenuhan terhadap era Erdogan sebenarnya sudah mulai terasa di Turki dalam beberapa tahun terakhir. Tepatnya ketika dia kembali terpilih dalam pilpres tahun lalu.

Meski kembali menang, AKP kehilangan status sebagai partai mayoritas dan harus berkoalisi dengan Partai Gerakan Nasionalis (MHP) untuk mengamankan pemerintahan.

Kemenangan Erdogan pun tidak jauh berbeda dengan Pilpres 2014, di mana dia meraih 51-52 persen yang berarti terdapat stagnansi dalam dukungan atas dirinya.

Kekalahan di Istanbul, basis politik AKP dalam 25 tahun terakhir, adalah indikasi rakyat Turki menginginkan perubahan, terutama di tengah kemelut ekonomi yang mendera.

Tingginya pengangguran dan inflasi yang menyentuh dua digit memicu amarah pemilih, terutama pemilih muda yang gerah dengan rezim Erdogan pasca-gagalnya kudeta militer 2016.

Erdogan yang mengantrol ketat aparat pemerintah dan media dinilai melewati garis tatkala menyerukan agar pemilu di Istanbul diulang.

Baca juga: Partai Erdogan Dituduh Habiskan Rp 188 Miliar untuk Situs Web Kota Istanbul

Saat itu, Erdogan menuduh adanya sejumlah organisasi kriminal yang terlibat dan campur tangan dunia Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Seruan itu malah menjadi blunder politik fatal presiden 65 tahun itu. Pasalnya, Erdogan tidak mampu menjabarkan adanya kecurangan dalam penghitungan suara yang dimaksud.

Pernyataan Erdogan itu membuat Imamoglu, yang di pemilu Maret hanya menang tipis, melejit dengan perolehan 54 banding 45 persen atas Yildirim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com