WASHINGTON, KOMPAS.com - Korea Selatan mendesak kepada Korea Utara untuk dapat segera kembali menggelar pertemuan puncak antara Presiden Moon Jae-in dengan Kim Jong Un.
Berbicara di Washington, usai menghadiri acara Dewan Atlatik, Perwakilan Khusus Korea Selatan untuk Urusan Perdamaian dan Keamanan Semenanjung Korea, Lee Do-hoon, menyerukan agar pertemuan puncak keempat antara dua Korea dapat segera digelar.
"Saya mendesak kepada Korea Utara untuk menanggapi undangan luar biasa Presiden (Korea Selatan) Moon (Jae-in) untuk mengadakan KTT antar-Korea, jika mungkin, sebelum kunjungan Presiden Donald Trump ke Korea pekan depan," ujar Lee.
Trump telah dijadwalkan berkunjung ke Seoul pekan depan untuk bertemu dengan Presiden Moon, usai pertemuan G20 di Jepang.
Baca juga: Susul China dan Rusia, Korsel Juga Kirim 50.000 Ton Beras ke Korea Utara
Pertemuan tersebut guna melanjutkan pembicaraan sejak pertemuan puncak Kim dengan Trump di Hanoi, Vietnam, yang gagal mencapai kesepakatan.
Korea Utara berulang kali tidak menanggapi permintaan dari AS maupun Korea Selatan pascaperetmuan di Hanoi, Februari lalu, meski Trump mengaku pekan lalu, bahwa dia telah menerima sebuah surat dari Kim Jong Un.
Trump juga mengaku merasakan sesuatu yang positif bakal terjadi dengan Pyongyang, tetapi tidak memberikan rincian dan alasan mengapa pihaknya tidak terburu-buru untuk membuat kesepakatan.
Sementara itu, Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara Stephen Biegun kembali menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki prasyarat untuk perundingan baru dengan Korut.
Biegun mengingatkan jika Washington tetap "terbuka" untuk negosiasi, dan AS bersedia untuk membahas semua komitmen yang dibuat kedua pemimpin negara saat pertemuan pertama di Singapura tahun lalu, termasuk menjamin keamanan untuk Korea Utara.
Akan tetapi Biegun menekankan bahwa kemajuan dalam pembicaraan akan membutuhkan langkah-langkah denuklirisasi yang penting dan dapat diverifikasi dari Korea Utara.
Biegun, dalam sebuah komentar publik yang jarang, mengatakan baik Washington maupun Pyongyang memahami perlunya bersikap lebih fleksibel dalam perundingan nuklir lebih lanjut.