MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia mengklaim jika mereka telah menjadi sasaran serangan siber dari Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
Klaim itu menyusul laporan media AS yang menyebut bahwa Washington tengah meningkatkan serangan digitalnya ke dalam jaringan listrik Rusia.
"Kami, saya berbicara tentang beberapa organisasi keuangan dan media, lembaga negara, serta infrastruktur penting kami, telah diserang selama beberapa tahun," ujar juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov.
"Serangan siber itu berasal dari berbagai negara Barat, termasuk AS," tambahnya.
Peskov mengatakan, Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menyarankan kepada Washington dan negara-negara mitra AS untuk bekerja sama dalam bidang keamanan siber.
"Tetapi saran ini telah ditolak oleh rekan Amerika kami," ujar Peskov.
Baca juga: Lawan Serangan Siber, Jepang Akan Kembangkan Virus
Akhir pekan lalu, surat kabar New York Times melaporkan tentang para pejabat dan mantan pejabat pemerintah AS yang menggambarkan penyebaran kode komputer Amerika secara rahasia ke dalam jaringan listrik Rusia dan juga target lainnya.
"Tindakan itu dimaksudkan sebagai peringatan, namun juga menunjukkan bahwa AS siap untuk melancarkan serangan siber jika terjadi konflik besar dengan Rusia," tulis surat kabar itu.
Laporan surat kabar tersebut ditanggapi Presiden Donald Trump dengan bantahan dan menuding pelaporan itu sebagai tindakan pengkhianatan virtual.
The story in the @nytimes about the U.S. escalating attacks on Russia’s power grid is Fake News, and the Failing New York Times knows it. They should immediately release their sources which, if they exist at all, which I doubt, are phony. Times must be held fully accountable!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 18, 2019
"Laporan tentang peningkatan serangan AS terhadap jaringan listrik Rusia adalah berita palsu dan New York Times telah mengetahuinya."
"Mereka harus segera mengungkapkan sumber-sumber mereka, yang jika ada, saya ragu itu palsu. Mereka harus sepenuhnya bertanggung jawab," tulis Trump.
Laporan dari surat kabar itu muncul setelah pengungkapan hasil investigasi oleh penasihat khusus AS, Robert Mueller, tentang dugaan peretasan yang dilakukan agen intelijen GRU, dan manipulasi media sosial oleh Rusia demi keuntungan kampanye Trump.
Baca juga: Israel Mengaku Gagalkan Serangan Siber dari Iran Setiap Hari
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.