Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hiroo Onoda yang Terus Bertempur 29 Tahun Usai Perang Dunia II

Kompas.com - 14/06/2019, 11:57 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Selebaran ini juga diperoleh Onoda dan sekali lagi dia memutuskan bahwa isi selebaran itu adalah kabar bohong yang disebarkan Sekutu.

Pada September 1949, Prajurit Yuichi Akatsu meninggalkan kamp Onoda dan menyerahkan diri kepada tentara Filipina pada 1950 setelah enam bulan sendirian di hutan.

Menyerahnya Yuichi, menjadi masalah bagi Onoda dan kedua rekannya yang tersisa dan membuat mereka menjadi lebih waspada.

Pada 1952 surat dan foto-foto keluarga dijatuhkan dari udara untuk memaksa Onoda dan dua prajuritnya untuk menyerah.

Namun, ketiganya tetap menganggap semua itu sekadar tipuan dan memilih tetap bertahan di hutan.

Baca juga: 5 Kendaraan Lapis Baja Andalan Nazi Jerman pada Perang Dunia II

Pada 1953, Kopral Soichi Shimada tertembak di kaki dalam baku tembak dengan nelayan lokal tetapi Onoda bisa merawatnya hingga pulih kembali.

Pada 7 Mei 1954, Kopral Shimada tewas ditembak pasukan lokal yang dibentuk untuk mencari ketiga tentara Jepang itu.

Onoda akhirnya menjadi satu-satunya tentara Jepang yang tersisa setelah, Prajurit Satu Kinshici Kozukabtewas ditembak polisi Filipina pada 19 Oktobe 1972.

Saat itu, Kozuka dan Onoda tengah melakukan aksi gerilya dengan membakar sawah milik para petani setempat.

Setelah hidup sendirian, Onoda tak menghentikan aksinya. Dia terus menyerang para petani dan polisi Filipina selama beberapa dekade setelahnya.

Selama bertahan di hutan, Onoda hidup dari buah-buahan dan tanaman hutan dengan sesekali mencuri ternak warga.

Dia membangun gubuk bambu di hutan dan tetap menyimpan seragam serta senjatanya agar siap saat seorang perwira tinggi datang dan melakukan inspeksi.

Pada 1959, pemerintah Jepang sudah menganggap Onoda tewas. Namun, ketika Prajurit Kozuka tewas pada 1972, pemerintah Jepang harus mengubah anggapan itu.

Baca juga: FBI Pernah Selidiki Informasi Hitler Selamat dari Perang Dunia II

Media Jepang saat itu memunculkan isu terkait kemungkinan masih hidupnya Onoda. Alhasil, Onoda menjadi mitos di tengah masyarakat Jepang.

Pada 1974, seorang pemuda bernama Norio Suzuki mengumumkan dia akan bertualang untuk mencari Letnan Onoda, panda, dan manusia salju.

Singkat cerita Suzuki berhasil menemukan Onoda di hutan Pulau Lubang dan bisa membuat Onoda mulai yakin jika perang memang sudah usai.

Onoda saat itu setuju untuk tidak membunuh Suzuki tetapi bersikukuh dia tak dapat meninggalkan misinya hingga mendapat perintah resmi dari komandannya.

Suzuki akhirnya kembali ke Jepang untuk menemukan sang komandan. Beruntung, Suzuki bisa menemukan sang komandan Mayor Tanaguchi yang sudah bekerja di sebuah toko buku.

Kemudian bersama Suzuki dan saudara laki-laki Onoda, Mayor Taniguchi pergi ke Lubang untuk meminta Onoda keluar dari persembunyiannya.

Awalnya, Onoda menganggap ini adalah tipuan lain dan menunggu Taniguchi memberikan pesan rahasia yang memberi tahu bahwa perang masih berlangsung.

Saat tak ada pesan rahasia yang datang, barulah Onoda yakin bahwa perintah menyerah itu resmi dan perang sudah berakhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com