Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/06/2019, 19:16 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Sebuah kesaksian dari pemimpin Muslim mengungkap fakta baru mengenai ledakan bom yang terjadi pada Minggu Paskah di Sri Lanka April lalu.

Kesaksian dari Azath Salley yang pada pekan lalu mengundurkan diri sebagai Gubernur Provinsi Barat menjadi tambahan bukti kegagalan keamanan dalam insiden 21 April itu.

Serangan bom bunuh diri yang menewaskan 258 orang itu dipimpin Zahran Hashim, sosok radikal pemimpin kelompok ekstremis National Thowheeth Jamaath (NTJ).

Baca juga: Presiden Sri Lanka Tolak Penyelidikan Ledakan Bom Minggu Paskah

Kepada Komite Seleksi Parlemen Sri Lanka, Salley menuturkan kalau dia sudah berkali-kali memperingatkan Presiden Maithripala Sirisena untuk bertindak.

"Kementerian Pertahanan membayar Thowheeth Jamaath. Polisi juga berhubungan dengan Thowheeth Jamaath," kata Salley di transkrip dilansir AFP Rabu (12/6/2019).

Salley mengungkapkan mantan Presiden Mahinda Rajapakse memberi dana kelompok itu melalui dinas intelijen hingga 2015. Praktik itu kemudian berlanjut di era Sirisena.

Menurut Salley, dana itu sejatinya digunakan untuk memata-matai grup lain. Dia juga berujar sepekan sebelum serangan, dia sempat bertemu pejabat pertahanan.

Kepada pejabat itu, dia memperingatkan mereka akan semakin meningkatnya aktivitas dari kelompok radikal Islam dan menuturkan bahaya yang tengah mendekat.

"Jika saja polisi segera memproses informasi yang saya berikan kepada mereka, tentulah kami bisa menghindari bencana semacam ini," ujar Salley kepada parlemen.

Komite itu sudah mendengarkan kesaksian dari pejabat pertahanan maupun kepolisian bahwa keamanan telah gagal bertindak meski sudah menerima informasi matang.

Sirisena diilaporkan mendepak kepala intelijennya Sisira Mendis setelah di depan parlemen, dia mengungkapkan bahwa serangan itu sebenarnya bisa dicegah.

Mendis juga menjelaskan Sirisena sudah gagal untuk menggelar rapat guna membahas ancaman yang diberikan oleh kelompok radikal tersebut sebelum serangan terjadi.

Sirisena sudah memutuskan menolak untuk bekerja sama dengan parlemen dan memerintahkan para pejabatnya untuk tak bersaksi, yang berujung kepada peringatan keras.

Parlemen sudah mengultimatum kepada pejabat publik seperti Sirisena untuk hadir dalam rapat dengar pendapat. Jika tidak, dia terancam 10 tahun penjara.

Sudah berulang kali Sirisena menyatakan bahwa dia sudah mengetahui serangan yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah di seantero Sri Lanka itu.

Baca juga: Pascaserangan Bom, Menteri Muslim Sri Lanka Mundur Massal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com