TOKYO, KOMPAS.com - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan mengunjungi Iran pada pekan depan.
Kunjungannya pada 12-14 Juni mendatang itu diyakini akan membawa misi untuk meredakan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.
Lalu, mengapa Abe harus pergi ke Iran?
Melansir Reuters, Senin (10/6/2019), Jepang berada dalam posisi unik. Satu sisi, "Negeri Matahari Terbit" itu merupakan sekutu AS.
Baca juga: Disanksi AS, Iran Mengklaim Tetap Bisa Jual Minyak secara Rahasia
Di sisi lain, negara itu menjaga hubungan dekat dengan Iran. Hal tersebut menjadi Abe sebagai mediator yang ideal.
Seperti diketahui, hubungan AS dan Iran meruncing sejak Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
Jepang secara umum memiliki hubungan positif dengan Iran sekitar 70 tahun lalu, yang sebagian besar berkutat pada minyak.
Pada 1950-an, kilang minyak Jepang, Idemitsu, memutus embargo minyak Inggris atas Iran dan mengirim sebuah kapal tanker untuk mendapatkan muatan bensin dan minyak diesel.
Saat itu, Shinzo Abe yang masih muda bergabung dengan sang ayah sebagai sekretarisnya.
Sementara Trump dalam kunjungan ke Jepang bulan lalu menyambut bantuan Abe terkait urusan dengan Iran.
"Saya yakin Iran ingin berbicara," kata Trump pada saat itu.
"Dan jika mereka ingin bicara, kami juga ingin bicara," ucapnya.
Jepang juga ingin melihat stabilitas di Timur Tengah karena sebagian besar impor minyaknya berasal dari wilayah tersebut.
Namun, Jepang telah berhenti membeli minyak Iran pada tahun ini karena sanksi AS.