Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Minta Inggris Lupakan Kasus "Sepele" Racun Saraf Novichok

Kompas.com - 07/06/2019, 13:36 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

SAINT PETERSBURG, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin meminta supaya negaranya dan Inggris bisa membuka lembaran baru hubungan bilateral sejak kasus Maret tahun lalu.

Hubungan dua negara itu sempat memanas sejak Sergei Skripal, mantan agen ganda Rusia, dan putrinya Yulia ditemukan pingsan di bangku Salisbury 4 Maret 2018.

Dari tubuh keduanya, dinas intelijen Inggris mengklaim menemukan Novichok, racun saraf yang dikembangkan di era Uni Soviet dan diklaim paling mematikan.

Baca juga: Mengenal Novichok, Racun Saraf Terhebat yang Dibuat Rusia

Dilansir Daily Mail Kamis (6/6/2019), Inggris menuduh Rusia telah meracuni Skripal dan Yulia dengan Novichok. Tuduhan yang langsung mendapat bantahan dari Kremlin.

Dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media internasional di Saint Petersburg, Putin berkata dia berharap Rusia dan Inggris bisa membuka lembaran baru.

Presiden 66 tahun itu mengungkapkan kepentingan ekonomi, sosial, maupun keamanan dunia jauh lebih penting daripada pertikaian siapa memata-matai siapa.

"Moskwa dan London harus melupakan segala masalah sepele itu dan memulai sebuah hubungan yang menjanjikan," ujar Putin dalam pertemuan tersebut.

Juru bicara Perdana Menteri Theresa May pun menanggapi ucapan Putin dan mengatakan upaya pembunuhan dengan racun saraf itu merupakan "perbuatan tercela".

"Kami bakal mempunyai sebuah relasi yang berbeda jika saja Rusia bersedia untuk mengubah perilaku mereka," kata juru bicara itu dalam pernyataan resmi.

Sementara itu, Putin mengaku dia tidak terlalu peduli tak diundang Inggris dalam 75 tahun peringatan pendaratan Sekutu di Normandia atau dikenal denga D-Day.

Putin berkata dia mempunyai "banyak urusan yang harus diselesaikan". Antara lain dengan menerima kunjungan Presiden China Xi Jinping di Moskwa Rabu (5/6/2019).

Meski begitu, Putin sempat menghadiri 70 tahun peringatan D-Day di Perancis lima tahun silam. Rusia (kala itu bernama Uni Soviet) memang tidak berperang di D-Day.

Namun, mereka tetap mempunyai peran tak kalah signifikan dengan mengandaskan serangan Nazi Jerman di Front Timur, dan menandai titik balik kemenangan Sekutu di Perang Dunia II.

Putin menekankan tentang peran Soviet itu di Perang Dunia II dengan menuturkan invasi Normandia menandai terbukanya "front kedua". "Sementara kami sudah punya yang pertama," ulas dia.

Baca juga: Investigasi Ungkap Novichok dalam Botol Parfum Bisa Tewaskan 4.000 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com