Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Bangsa Jerman dan Rusia Memandang D-Day?

Kompas.com - 07/06/2019, 09:13 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Pendaratan Normandia atau dikenal dalam sejarah sebagai D-Day hingga saat ini dianggap sebagai salah satu operasi militer yang paling menentukan untuk mengakhiri Perang Dunia II.

Namun, itu adalah pendapat para pemenang perang, dalam hal ini Sekutu yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan aliansinya.

Bagaimana peran D-Day di mata bangsa Jerman yang menjadi pihak yang kalah? Atau pandangan Rusia yang sama-sama memerangi Jerman tetapi "tak beraliansi" dengan Sekutu?

Kanselir Jerman Angela Merkel sudah beberapa kali mengikuti peringatan D-Day di pantai Normandia.

Baca juga: Kisah di Balik D-Day (Bagian I): Bencana Jelang Pendaratan Normandia

Hal serupa tak dilakukan para pendahulunya karena kehadiran dalam peringatan kemenangan Sekutu itu kerap dianggap kontroversial di Jerman.

Helmut Kohl, kanselir Jerman yang memerintah pada 1982-1998 menolak undangan peringatan D-Day pada 1984 dan 1994.

"Bagi seorang kanselir Jerman, tak ada alasan untuk merayakan kemenangan negara lain dalam pertempuran di mana ribuan warga Jerman tewas mengenaskan," ujar Kohl saat itu.

Gerhard Schroder menjadi kanselir Jerman pertama yang menghadiri peringatan D-Day pada 2004.

Saat itu, Schroder menyebut D-Day bukan kemenangan Sekutu atas Jerman tetapi justru kemenangan bagi bangsa Jerman.

D-Day, menurut Schroder, mengakhiri Perang Dunia II sekaligus menghancurkan Reich Ketiga yang dibangun Adolf Hitler.

Schroder bahkan tidak meletakkan karangan bungan di makam prajurit Jerman di La Cambe demi menghindari anggapan menghormati prajurit SS yang dimakamnkan di tempat itu.

Sebagai gantinya, Schroder meletakkan karangan bunga di pemakaman prajurit Persemakmuran di Ranville. Di tempat itu 133 jenazah prajurit Jerman juga dimakamkan.

Namun, di Jerman, D-Day nyaris tak ada gaungnya di tengah masyarakat negeri itu.

Baca juga: Kisah di Balik D-Day (Bagian 2): Melindungi Rahasia Rencana Invasi

Bangsa Jerman lebih memilih memperingati runtuhnya Tembok Berlin dan upaya pembunuhan Adolf Hitler.

Menurut sejarawan Peter Lieb, alasan utama tak bergaungnya D-Day di Jerman adalah kenangan akan operasi militer Jerman di front timur.

"Antara 1940-1943, semua mata di Jerman melihat Uni Soviet," ujar Lieb.

Pada mei 1944, sebanyak 1,85 juta tentara Jerman tewas atau ditawan di front timur saja.

Menjelang akhir 1943, Hitler menerbitkan dekrit agar warga Jerman bersiap menghadapi invasi Sekutu dari Barat.

Namun, hingga invasi itu terjadi, seolah tak ada apa-apa di Jerman. Adolf Hitler bahkan dilaporkan tengah bersantai di rumah liburannya di Berghof.

Saat mendengar kabar invasi Sekutu di Normandia pada pukul 10.00, Hitler masih yakin AD Jerman bisa mengatasi serbuan tersebut.

Setelah perang berakhir dan kabar kejahatan perang militer Jerman di Rusia tersebar, signifikansi pertempuran di front Barat dengan segera tertutupi.

"Di dalam benak rakyat, Jerman tak hanya kalah perang tetapi juga mengalami kemerosotan moral di front timur," ujar Lieb.

Baca juga: Kisah di Balik D-Day (Bagian 3): Peran Foto Udara dan Berita Palsu

Di sisi akademis, D-Day selalu dianggap menjadi wilayah para sejarawan Amerika dan Inggris.

"Seusai perang, Sekutu memperkuat narasi D-Day sebagai sebuah kisah heroik bagaimana Barat memenangkan perang melawan Nazi," kata Lieb.

"Memang secara umum itulah yang terjadi. Namun, pasukan Sekutu juga tak selalu bersikap seperti malaikat," Lieb menegaskan.

Bagaimana dengan Rusia

Rusia atau di saat Perang Dunia II bernama Uni Soviet selama ini terus menganggap D-Day bukanlah momen yang mengubah jalannya Perang Dunia II.

Sebab, di saat pasukan Sekutu mendarat di Normandia pada 6 Juni 1944, Rusia sudah lebih dari tiga tahun memerangi Jerman yang menginvasi negeri itu.

Konflik bersenjata yang oleh bangsa Rusia disebut sebagai Perang Patriotik Besar itu amat menghancurkan kedua pihak dengan jumlah korban jiwa yang amat masif.

Baca juga: Kisah di Balik D-Day (Bagian 4): Akhinya, Invasi ke Normandia!

Setidaknya dua pertempuran besar yaitu di Stalingrad (23 Agustus 1942 – 2 Februari 1943) dan pertempuran Kursk (5 Juli 1943 – 23 Agustus 1943), di mata bangsa Rusia jauh lebih menentukan dibanding D-Day.

Sebab, kekalahan Jerman di kedua pertempuran itulah yang mengakibatkan Nazi memutuskan mundur meninggalkan Rusia.

Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengingatkan, D-Day memang peristiwa penting tetapi perlawanan Rusia di front timurlah yang  menentukan jalannya perang.

Juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengatakan, Rusia akan selalu berterima kasih kepada para prajurit Sekutu yang gugur di front barat Eropa.

"Namun, Barat jangan melebih-lebihkan kontribusinya dan mengabaikan upaya keras Uni Soviet, karena tanpa negeri ini kemenangan tidak akan tercapai," ujar Zakharova.

"Sebagaimana catatan sejarawan, pendaratan D-Day tidak memiliki dampak signifikan terhadap Perang Dunia II dan Perang Patriotik Besar," tambah Zakharova.

"Akhir perang sudah ditentukan saat Tentara Merah meraih kemenangan," dia menegaskan.

Baca juga: Jenderal Eisenhower: Jika Pendaratan Normandia Gagal, Salahkan Saya!

Sepanjang Perang Dunia II, sebanyak 25 juta tentara dan warga sipil Rusia tewas. Dan, jumlah ini jauh lebih besar dibanding korban di negara Sekutu.

Zakharova melanjutkan, para pemimpin Uni Soviet sudah menekan Sekutu agar membuka front kedua di Eropa Barat sejak 1942, untuk meringankan beban Tentara Merah.

"Ada kesan menunggu melemahnya kekuatan Jerman akibat kerugian mereka di front timur, sehingga bisa mengurangi korban di front barat," tambah Zakharova.

Sementara itu, Menlu Rusia Sergey Lavrov menyebut, Barat berusaha untuk mengabaikan kontribusi Uni Soviet dalam Perang Dunia II.

"Bahkan, Barat berusaha menggambarkan Uni Soviet, jika bukan sebagai penjahat, setidaknya menyebut Uni Soviet sebagai agresor sama seperti Nazi," ujar Lavrov.

Padahal, ujar Lavrov, pasukan Jerman melakukan kebrutalan dalam skala tinggi saat melakukan invasi ke Rusia.

Saat menggelar invasi pada 1941, tentara Nazi secara sistematis membantai warga lokal dan menyita lahan yang akan digunakan sebagai permukiman banhsa Jerman di masa depan.

Baca juga: Andai Hitler Tak Tidur Saat Sekutu Mendarat di Normandia...

"Pengadilan Nuremberg, yang hasilnya menjadi bagian dari hukum internasional, terang-terangan menentukan siapa di sisi baik dan siapa di sisi jahat," kata Lavrov.

"Dalam kasus pertama adalah Uni Soviet, yang telah mengorbankan jutaan jiwa putra putrinya untuk kemenangan seperti halnya negara Sekutu. Kedua adalah Reich Ketiga, negara poros, dan sekutunya," tambah Lavrov.

Lebih jauh Lavrov mengatakan, sistem pendidikan Barat juga memberikan interpretasi salah sejarah Perang Dunia II.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com