Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menolak Makan dan Minum, Korban Pemerkosaan Ini Meninggal

Kompas.com - 06/06/2019, 13:41 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

DEN HAAG, KOMPAS.com - Seorang remaja yang mengalami trauma setelah menjadi korban pemerkosaan di masa mudanya dilaporkan meninggal karena menolak makan dan minum.

Meninggalnya Noa Pothoven dilaporkan bukan kesalahan orangtuanya. Melainkan dia sendiri yang sengaja membuat dirinya kelaparan untuk "membebaskannya dari penderitaan".

Noa menjadi terkenal setelah menulis buku berjudul Winnen of Leren. Berisi pergumulannya dengan anoreksia, depresi, dan post-traumatic stress disorder.

Baca juga: Terkait Dugaan Pemerkosaan, Jaksa Swedia Ajukan Penahanan Assange

Dia dilaporkan meninggal pada Minggu (2/6/2019). Sebelumnya, dia mengunggah sebuah status terakhir di Instagram bahwa dia telah "kehilangan gairah untuk hidup".

Dalam keterangan tertulis, Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge memberikan klarifikasi bahwa remaja berusia 17 tahun itu meninggal setelah meminta eutanasia.

"Kami menghubungi keluarganya untuk memberi pernyataan bahwa berbeda dengan laporan media, dia tidak menjalani eutanasia," kata Jonge dilansir AFP Rabu (5/6/2019).

Kabar kematiannya mulai diberitakan media Belanda pada Senin (3/6/2019). Narasi yang beredar, dia menghubungi Levenseindekliniek di Den Haag yang dikenal khusus melakukan eutanasia.

Di klinik itu, Noa sempat meminta kemungkinan melakukan eutanasia. Namun permintaannya ditolak hingga media internasional melaporkan dia sudah dieutanasia.

Kabar itu sempat menjadi tajuk utama media di Italia serta viral di Polandia hingga kementerian di Belanda merasa perlu untuk menjernihkan kondisinya.

Jonge menjelaskan dia sudah menginstruksikan Inspektorat Kesehatan dan Kepedulian Pemuda untuk menyelidiki secara serius kabar yang beredar.

Levenseindekliniek juga merilis pernyataan resmi untuk membantah pemberitaan palsu yang sudah telanjur beredar berdasarkan keterangan dari rekan Noa.

Belanda merupakan satu dari sedikit negara yang memberi bantuan bunuh diri secara legal bagi warga berusia di atas 12 tahun. Namun eutanasia juga bisa berlaku bagi 12 tahun.

Dikutip Daily Mirror, eutanasia bagi usia 12 tahun bisa dilakukan melalui kondisi khusus dan sangat ketat. Seperti kondisi fisik maupun mental pasien sudah tak memungkinkan.

Baca juga: Geram Pemerkosaan Balita, Warga India Kashmir Tuntut Pelaku Digantung

"Levenseindekliniek berurusan secara eksklusif dengan eutanasia dan melakukannya secara eksplisit dalam kerangka hukum Belanda," ujar klinik dalam keterangan resminya.

Noa telah mengumumkan niatnya untuk mengakhiri hidup beberapa hari sebelum dilaporkan meninggal di akun Instagram yang kini dikabarkan sudah dihapus.

"Saya sempat ragu apakah saya harus membagikan ini. Namun kini saya sudah memutuskannya. Biar saya perjelas: dalam 10 hari ke depan saya akan mati," tulis Noa.

Dalam unggahannya itu, Noa menyatakan dia memutuskan untuk berhenti makan dan minum setelah menjalani banyak diskusi. Dia melakukannya karena sudah tak tahan dan kehilangan gairah untuk hidup.

Dia menjadi terkenal setelah meluncurkan buku otobiografi pada 2018 lalu yang mengisahkan pengalamannya bergumul dengan kesehatan mental, dan sempat membuatnya beberapa kali mencoba bunuh diri.

Traumanya terjadi ketika di usia 11 tahun, dia mengalami pelecehan seksua. Pada umur 14, dua orang pria memperkosanya di lapangan di kota Arnhem.

Dalam buku, dia mengaku sangat takut untuk mengaku kepada orangtuanya. "Saya sangat takut sekaligus sangat malu," kata Noa kepada harian De Gelderlander saat itu.

Noa yang sudah kelihatan lemah menuturkan, dia menulis buku karena berharap bisa menembus stigma yang melekat. "Saya berharap kisah saya bisa menjadi contoh," ucapnya.

Baca juga: Assange Kembali Hadapi Penyelidikan Kasus Pemerkosaan di Swedia

Dia mengklaim tanpa sepengetahuan orangtuanya, dia pergi ke sebuah klinik dan meminta supaya diperbolehkan bunuh diri. Namun permintaannya ditolak.

Noa mengaku saat itu klinik memberitahunya bahwa dia masih terlalu muda. Bahkan, klinik sempat menyarankannya untuk mencari pengobatan guna memulihkan trauma.

= =

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Berikut daftar layanan konseling yang bisa Anda kontak maupun untuk mendapatkan informasi seputar pencegahan bunuh diri:

Gerakan "Into The Light"

Facebook: IntoTheLightID
Twitter: @IntoTheLightID
Email: intothelight.email@gmail.com
Web: intothelightid.wordpress.com

Save yourself

Facebook: Save Yourselves
Instagram: @saveyourselves.id
Line: @vol7047h
Web: saveyourselves.org

Baca juga: Kronologi Pemerkosaan Berujung Pembunuhan Gadis 16 Tahun oleh Ayah Tirinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com