Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Diserang, Dokter Idlib Tak Bakal Berikan Lokasi Rumah Sakit kepada PBB

Kompas.com - 04/06/2019, 16:31 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

IDLIB, KOMPAS.com - Dokter yang bekerja di kawasan konflik Idlib, Suriah, menyatakan mereka bakal lagi memberikan koordinat rumah sakit kepada PBB setelah sering diserang.

Setidaknya 25 rumah sakit dibombardir oleh koalisi pasukan Rusia dan Suriah dalam satu bulan terakhir dalam upaya menyudutkan pemberontak terakhir di Idlib.

Sebagaimanan dilaporkan The Independent Senin (3/6/2019), delapan koordinat rumah sakit yang diberikan kepada PBB juga ditembuskan kepada Rusia.

Baca juga: Dituduh AS Bantai Warga Sipil di Idlib, Rusia: Kami Hanya Targetkan Teroris

Harapannya supaya rumah sakit itu tidak diserang sekaligus merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam memberi perlindungan. Namun nyatanya, rumah sakit itu juga dibom.

Kondisi itu dikeluhkan Dr Mohamed Zahid dari organisasi Dokter Seluruh Benua. "Kebanyakan dari rekan kami tak akan memberikan lagi koordinat mereka kepada PBB karena tak berguna," keluhnya.

Zahid mengemukakan tahun lalu, enam rumah sakit diserang. Kemudian tahun ini, delapan rumah sakit mengalami hal sama. "Jadi, banyak NGO yang menghentikan proses ini," terang dia.

Tindakan itu menggambarkan keputusasaan staf medis maupun dokter yang bekerja di Idlib, di mana mereka harus menghadapi situasi merawat pasien sambil bersiap akan level serangan yang terjadi.

Pemerintah Suriah bersama Rusia melancarkan serangan untuk merebut Idlib yang dikuasai kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham sejak akhir April.

Serangan dengan pengeboman yang semakin intensif telah membunuh lebih dari 270 orang dan memaksa 300.000 penduduk Idlib mengungsi sehingga bencana kemanusiaan terancam terjadi.

Menargetkan fasilitas kesehatan bukanlah hal baru dalam perang sipil, setidaknya jika merujuk kepada organisasi Amerika Serikat, Dokter untuk HAM.

Dalam laporan organisasi itu, terjadi 500 serangan terhadap 350 fasilitas medis antara 2011-2018, dengan 90 persen di antaranya dilakukan pasukan Suriah dan Rusia.

Skala serangan yang sedemikian tinggi itu memaksa para dokter untuk beradaptasi dan bersembunyi untuk menghindari serangan udara yang dilakukan Suriah dan Rusia.

Baca juga: Kepada Rusia dan Iran, Trump: Hentikan Pengeboman di Idlib

Presiden MedGlobal Dr Zaher Sahloul mengatakan dia baru saja berkunjung ke Idlib dan menceritakan bagaimana metode dokter untuk bertahan hidup dari serangan.

"Mereka menggali lubang di jantung gunung. Mungkin di luar seperti goa biasa. Namun di dalamnya terdapat fasilitas lengkap seperti rumah sakit," kata Sahloul.

Meski begitu, Sahloul menjelaskan rudal saat ini sudah jauh lebih canggih sehingga bisa menerobos masuk ke dalam goa dan merusak fasilitas tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com