CARACAS, KOMPAS.com - Keputusasaan masyarakat Venezuela terhadap kehidupan mereka semakin meningkat. Banyak dari mereka harus menderita akibat krisis ekonomi yang melanda negara tersebut.
Eks pekerja minyak Jairo Pena bahkan tidak tahu lagi harus berbuat apa agar terjadi perubahan. Dia memilih untuk berbaring di selembar karton, sementara kepalanya dibungkur perban.
Matanya berkaca-kaca, setelah petugas medis membujuknya untuk menyesap air. Di leher pria berusia 65 tahun itu tergantung papan bertuliskan alasannya menolak makan.
Baca juga: Inflasi Venezuela Sepanjang 2018 Dilaporkan Capai 1,7 Juta Persen
"Huelga de Hambre," bunyi tulisan itu, yang berarti mogok makan.
Melansir dari NBC News, Selasa (4/6/2019), Pena dan puluhan mantan pekerja minyak lainnya meminta upah dan kompensasi yang dijanjikan pemerintah lebih dari satu dekade lalu.
Sekilas, 40 pria itu nampak seperti tunawisma. Beberapa dari mereka tidak memakai alas kaki dan bertelanjang dada untuk memamerkan tubuh kurus,
Mereka adalah para pekerja minyak yang pernah menjadi tulang punggung pemerintahan era Presiden Hugo Chavez.
Dulunya, mereka memegang pekerjaan yang paling diidamkan di negeri itu, yaitu bekerja untuk perusahaan minyak seperti ExxonMobil dan raksasa minya Venezuela, PDVSA.
#03Jun #Caracas Hoy cumplen 96 horas en huelga de hambre trabajadores petroleros que reclaman pago de pasivos laborales. Denuncian incumplimiento de compromisos de pago adquiridos recientemente por el gobierno. Se sienten burlados. Afirman mantendrán la huelga hasta ser atendidos pic.twitter.com/6auRnjQR0I
— PROVEA (@_Provea) 3 Juni 2019
Bukannya menikmati masa pensiun, mereka menghabiskan 16 bulan terakhir jauh dari rumah untuk berkumpul di alun-alun Caracas, mengajukan petisi kepada pemerintah.
Salah satu putri Pena, Jinny, berada di samping ayahnya sambil berlinangan air mata.
"Sangat sulit melihat ayah saya seperti ini," katanya.
"Dia telah bekerja seumur hidupnya dan di sini, dia menuntut haknya," ucapnya.
Tak jauh darinya, terlihat Oneida Bello memeluk putranya, Ricardo, yang dalam keadaan lemah terbaring di atas lembaran kardus.
"Kami telah berada di sini selama 16 bulan tanpa tanggapan dari pemerintah," katanya.
Kini negara yang pernah menikmati kemakmuran itu harus mengalami tingkat inflasi tak terkendali mencapai 130.060 persen pada 2018, menurut data pemerintah.
Baca juga: Kedubes Venezuela di Canberra Dituduh Ngemplang Duit Kontrakan
Pada kuartal ketiga 2018, PDB Venezuela menyusut 22,5 persen dari tahun sebelumnya.
Kritik terhadap Chavez dan Presiden Nicolas Maduro saat ini menyebut, akar krisis ekonomi Venezuela berasal dari kesalahan manajemen dan korupsi pemerintah.
Namun, pemerintah menyalahkan kekurangan pasokan yang meluas dan hiperinflasi dikarenakan sanksi AS yang telah membekukan miliaran dolar dari pendapatan minyak negara itu dari seluruh dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.