Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Sang Kakek di Balik Lokasi Paling "Instagrammable" di Taiwan

Kompas.com - 31/05/2019, 20:34 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rainbow Village di distrik Nantun, Taichung, Taiwan selama ini dikenal sebagai perkampungan yang menjadi spot foto ciamik. Bahkan, Rainbow Village didapuk sebagai lokasi paling "Instagrammable" di Taiwan.

Wisatawan yang siap berfoto dengan kamera atau handphone beserta tongkat selfie menjadi pemandangan umum di Rainbow Village. Mereka bergerak melewati seluk-beluk desa dengan cepat, dan ingin mengabadikan diri dengan background mural-mural cerah dan penuh warna.

Bahkan, ada juga satu pasangan yang datang mengenakan gaun pengantin dan tuksedo untuk berfoto di tempat ini.

Awalnya, lokasi wisata ini adalah permata lokal, tempat yang sangat berharga sejak ditampilkan dalam buku panduan populer, yakni Lonely Planet's Secret Marvels of the World.

Dilansir dari South China Morning Post, beberapa spot foto di Rainbow Village dilukis oleh mantan tentara bernama Huang Yung-Fu (95). Pria ini lahir pada 1924 di daerah Taishan, provinsi Guangdong, Hong Kong.

"Saya Rainbow Grandpa (Kakek Pelangi), dan satu-satunya di dunia," ucap Huang.

Baca juga: Jadi Karya Claude Monet Termahal, Lukisan Ini Terjual Rp 1,6 Triliun

Sejak kalah perang

Huang Yung-fu, pria di balik Rainbow Village, lokasi paling Instagrammable di TaiwanSouth China Morning Post/RACHEL CHUNG Huang Yung-fu, pria di balik Rainbow Village, lokasi paling Instagrammable di Taiwan
Tak banyak yang bisa diceritakan Huang tentang masa kecilnya di Hong Kong. Samar-samar, ia hanya ingat belajar bela diri atau bermain barongsai pada masa kecil.

Hingga kemudian dia bergabung dengan tentara pada usia 17 dan mengendarai jet F-86 Sabre. Dia memang tergabung sebagai tentara Kuomintang dalam Perang Saudara China, yang kemudian kabur ke Taiwan setelah kalah perang.

Di Taiwan, Huang kali pertama berkarya dengan kuasanya pada usia 88. Ketika itu ia menggambar di dinding bata rumahnya di desa tanggungan militer. Sejauh ini dia memang tinggal di permukiman bersama para veteran selama beberapa dekade, yang secara bertahap dihancurkan oleh pemerintah.

Saat dia menjadikan tembok-tembok lain di permukiman itu sebagai kanvas untuk karyanya, permukiman itu menjadi instalasi seni yang menakjubkan.

"Saya suka menggambar selebritas dan bintang olahraga," ujar Huang. Dia juga melukis beberapa penyanyi yang terkenal di zaman mudanya, seperti Fong Fei-fei dan Pai Bing-bing.

Konflik hukum

Huang Yung-fu didampingi petugas keamanan karena banyak penggemar yang ingin berfoto dengannya.South China Morning Post/RACHEL CHUNG Huang Yung-fu didampingi petugas keamanan karena banyak penggemar yang ingin berfoto dengannya.
Karya-karya seni Huang yang menonjolkan titik dan warna ini menarik perhatian para mahasiswa dan staf dari Ling Tung University.

Para mahasiswa ini yang mengorganisasi kampanye sosial hingga akhirnya berhasil melestarikan permukiman ini pada 2010. Huang dan istrinya adalah satu-satunya penghuni yang tersisa.

Perkampungan ini menjadi semakin dikenal berkat media sosial. Tidak hanya mengakibatkan kunjungan 1,5 juta wisatawan per tahun, Rainbow Village juga menarik perhatian para agen seni yang berusaha mencari keuntungan.

Lin Zhunan, pendiri situs Artlib Net asal Taiwan misalnya, yang disebut berupaya menipu Huang untuk menandatangani kontrak berisi lisensi dan menggugat saudara laki-laki Huang untuk hak cipta karya seni pada 2017.

Lin kemudian kalah dalam pengadilan. Meski begitu, ia menyeret Huang dan keluarganya dalam polemik dengan berbicara ke tabloid dan menggambarkan adik Huang sebagai orang yang serakah, serta mengekspoitasi ketenaran karya Huang.

Rainbow Creative sebagai pihak yang mengelola lokasi wisata dan kebutuhan Huang selama delapan tahun terakhir kemudian menuntut Lin meminta maaf.

Hingga saat ini, belum ada permintaan maaf yang disampaikan oleh Lin dan perusahaannya. Malahan, Lin tersandung gugatan hukum lain: Ia dituduh melakukan penipuan pada puluhan seniman.

Selain itu, legislator dan politisi Taiwan, Apollo Chen, mengatakan bahwa Lin menyesatkan para seniman untuk menandatangani kontrak yang tidak adil. Ini memberinya hak cipta atas semua karya yang dihasilkan para seniman pada 2018 silam.

Atas sejumlah kasus itu, Huang hanya bisa mengingat betapa melelahkannya masa-masa itu.

Sekarang, setelah kasus itu menemukan titik terang, ia kembali ke rutinitas hariannya. Huang tidur saat siang dan melukis pada malam hari, ketika para turis telah pergi.

Kini sisa harinya hanya dihabiskan untuk melukis, di mana ia bisa berfoto bersama para penggemar, atau membagikan selebaran yang memperlihatkan karya-karyanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com